Mencari obat anti krisis
A
A
A
Sindonews.com - Deputi Bidang IV Kordinasi Industri dan Perdagangan, Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian RI Eddy Putra, menyatakan, sejauh ini Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM) masih tergolong rendah di Indonesia. Dapat dipahami, tiga kali krisis yang dialami Indonesia, penyakit utamanya adalah UMKM atau Entrepreneur.
"Tiga kali krisis, penyakit kita itu adalah enterpreneur. Sehingga, ketika terjadi krisis, selalu panik. Kalau itu ada sebenarnya, kita akan tenang menghadapi krisis dunia," ungkap Eddy saat membuka acara Indonesia Business and Entrepreneurship Conference (IBEC) 2012 dengan tema Entrepreneur 5000: Untuk Indonesia yang Lebih Baik, di Plasa Bapindo, Jakarta, Sabtu (7/4/2012).
Ada beberapa hal, menurut Eddy, yang menghambat dunia UMKM. Salah satu yang masih sukar untuk dicarikan solusinya adalah terkait dengan pembiayaan dan pasar.
"Pembiayaan atau biasa disebut modal, memang cenderung susah sampai ke pelaku UMKM sehingga informasi, sosialisasi itu harus terus. Kemudian pasar, yang dimana untuk Indonesia dan luar negeri disana sempit, yang membuat produk selalu terkendala untuk dijual," paparnya.
Dia mencotohkan, salah satu pasar yang selama ini bagus adalah Singapura. Negara tersebut juga berperan menjual kembali produk itu. Namun, ketika terjadi krisis keuangan di Singapura maka, produk Indonesia menjadi tidak terjual.
Kemudian yang menjadi penghalang dunia kewirausahaan adalah regulasi. Pihak birokrat, menurutnya, sedang mempersiapkan cara untuk mengefesiensi gerak para pelaku bisnis.
"Terakhir adalah kapasitas dari pelaku UMKM. Manajemen yang handal dan profesionalaitas kerja harus diutamakan,"tandasnya.
Sebagai Informasi, IBEC merupakan konferensi enterpreneur yang diikuti 900 orang/pelaku umkm. Acara ini bertujuan memberikan edukasi bisnis dan investasi di Indonesia.
Dengan tema Entrepreneur 5.000 (E5000): untuk Indonesia yang Lebih Baik, dapat terwujud masyarakat entrepreneur kelas menengah berpendapatan USD5.000 pertahun. Tidak kuat hanya secara financial namun juga memiliki lima sadar, yaitu sadar finansial, sadar komunitas, sadar spiritual, sadar brand dan sadar online.
"Tiga kali krisis, penyakit kita itu adalah enterpreneur. Sehingga, ketika terjadi krisis, selalu panik. Kalau itu ada sebenarnya, kita akan tenang menghadapi krisis dunia," ungkap Eddy saat membuka acara Indonesia Business and Entrepreneurship Conference (IBEC) 2012 dengan tema Entrepreneur 5000: Untuk Indonesia yang Lebih Baik, di Plasa Bapindo, Jakarta, Sabtu (7/4/2012).
Ada beberapa hal, menurut Eddy, yang menghambat dunia UMKM. Salah satu yang masih sukar untuk dicarikan solusinya adalah terkait dengan pembiayaan dan pasar.
"Pembiayaan atau biasa disebut modal, memang cenderung susah sampai ke pelaku UMKM sehingga informasi, sosialisasi itu harus terus. Kemudian pasar, yang dimana untuk Indonesia dan luar negeri disana sempit, yang membuat produk selalu terkendala untuk dijual," paparnya.
Dia mencotohkan, salah satu pasar yang selama ini bagus adalah Singapura. Negara tersebut juga berperan menjual kembali produk itu. Namun, ketika terjadi krisis keuangan di Singapura maka, produk Indonesia menjadi tidak terjual.
Kemudian yang menjadi penghalang dunia kewirausahaan adalah regulasi. Pihak birokrat, menurutnya, sedang mempersiapkan cara untuk mengefesiensi gerak para pelaku bisnis.
"Terakhir adalah kapasitas dari pelaku UMKM. Manajemen yang handal dan profesionalaitas kerja harus diutamakan,"tandasnya.
Sebagai Informasi, IBEC merupakan konferensi enterpreneur yang diikuti 900 orang/pelaku umkm. Acara ini bertujuan memberikan edukasi bisnis dan investasi di Indonesia.
Dengan tema Entrepreneur 5.000 (E5000): untuk Indonesia yang Lebih Baik, dapat terwujud masyarakat entrepreneur kelas menengah berpendapatan USD5.000 pertahun. Tidak kuat hanya secara financial namun juga memiliki lima sadar, yaitu sadar finansial, sadar komunitas, sadar spiritual, sadar brand dan sadar online.
()