Kopi luwak Sumut tembus mancanegara

Selasa, 10 April 2012 - 10:29 WIB
Kopi luwak Sumut tembus mancanegara
Kopi luwak Sumut tembus mancanegara
A A A
Sindonews.com - Kopi luwak bukan lagi minuman asing bagi penikmat kopi. Rasanya yang khas dengan aroma harum menjadi daya pikat tersendiri jenis kopi ini. Kopi yang punya nama keren civet coffee inipun tak hanya laris di pasar lokal, tapi hingga mancanegara.

Di Sumut sendiri awalnya kopi luwak masih dijual eksklusif alias pasar tertentu. Padahal, potensi pasarnya masih sangat terbuka. Melihat besarnya peluang inilah Jonsen memberanikan diri keluar dari perusahaan pembuat kopi luwak untuk membuka usaha sendiri.

“Sebelumnya saya bekerja (karyawan) di perusahaan yang menjual kopi luwak. Namun kopi ini dijual untuk kalangan tertentu saja, sehingga masyarakat belum mengenalnya. Untuk itu, saya mencoba memasarkan kopi ini ke masyarakat luas,” ujarnya kemarin.

Ia menerangkan tentu saja tidak mudah meyakinkan penikmat kopi di Sumut akan cita rasa kopi luwak. Langkah awal yang dilakukan Jonsen adalah dengan melakukan edukasi pasar seputar kopi luwak. Berbagai kegiatan pameran diikuti, mulai dari dalam hingga luar negeri. Hasilnya pun tidak sia-sia.

Berkat kerja keras dan kesabarannya, pasar kopi luwak Sumut yang terkenal dengan rasa mild dan caramel ini terus merambah luar kota hingga mancanegara. “Memang volume penjualannya belum begitu besar, hanya sekitar 100 hingga 150 kilogram per bulan. Namun saya yakin kopi luwak Sumut akan terus berkembang,” ucap dia.

Jonsen mengaku bangga bisa memasarkan hasil alam lokal sampai ke pasar internasional. Usaha yang dirintisnya sejak 2007 tersebut pertama kali dipasarkan ke Amerika Serikat. “Kebetulan ada permintaan di New York. Jadi langsung pasarkan ke sana,” ujarnya.

Kopi luwak yang dipasarkannya merupakan kopi luwak liar alias langsung diambil dari para petani ataupun koperasi petani di beberapa daerah di Sumut dan Aceh. Seperti daerah Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Tapanuli Utara (Taput), Tobasa, Sidikalang dan Karo.

Menurut Jonsen, keputusannya tetap menggunakan kopi lokal, khususnya dari Madina, karena potensi kopi Sumut sangat besar. Bahkan sudah sangat terkenal sejak zaman Belanda atau sekitar tahun 1828.

Pria yang membuka usaha di Jalan Periuk Medan ini mengungkapkan, perjalanan karirnya sebagai pengusaha kopi bukan tanpa hambatan. Pada awalnya ia harus berhadapan dengan problema sertifikasi. Dimana saat itu belum ada lembaga yang berani mengeluarkan originalitas kopi luwak.

Sempat masalah originalitas menjadi perdebatan yang sangat serius di kalangan pencinta kopi maupun pedagang. Saat mengikuti pameran di luar negeri, baik di Korea Selatan, Hongkong, China serta beberapa daerah lain ini, masalah sertifikasi ini menjadi perdebatan serius. Ini dikarenakan harganya yang bervariatif, ada yang jual murah dan adapula yang jual mahal.

Namun seiring berjalannya waktu, persoalan ini bisa diatasi. Saat ini, pangsa pasar penjualan kopi luwaknya mayoritas (90 persen) di ekspor dengan harga dikisaran USD250 hingga USD300 per kilogram atau sekitar Rp375 per 100 gramnya.

Untuk packaging Jonsen menyediakan kemasan 50 gram, 100 gram hingga 200 gram. Jonsen pun berharap kopi luwak Sumut dapat lebih dikenal masyarakat, dibanding kopi luwak Jawa dan Lampung yang lebih dahulu go market. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6340 seconds (0.1#10.140)