Kalah bersaing, produk pertanian masih harus impor
A
A
A
Sindonews.com – Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Zaenal Bachruddin mengakui bahwa saat ini kenapa masih impor produk pertanian, karena Indonesia memang masih kalah jauh bersaing dengan Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Australia, Thailand dan sebagainya.
“Salah satu penyebabnya adalah tidak mampu berkompetisi di pasar internasional, juga karena kalah jauh dalam aplikasi high teknologi pertanian,” ungkap Prof Zaenal Bachruddin kepada wartawan, di Solo, Jawa Tengah, Rabu (18/4/2012).
Menurut Prof Zaenal Bachruddin, aplikasi high teknologi pertanian kita hanya berkisar 13 persen. Padahal seperti halnya Malaysia mencapai 53 persen, RR China capai 52 persen, Taiwan 43 persen.
“Karena itu, sekarang ini kami sedang ,mendorong agar aplikasi high teknologi di sector pertanian bisa meningkat,” tandasnya.
Selain meningkatkan high teknologi pertanian, menurut Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian saat ini sedang mengembangkan kebijakan usaha dan investasi pertanian, diantaranya adalah pengembangan usaha pertanian berbasis kemitraan dan kewirausahaan.
“Tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan promosi produk pertanian di tingkat nasional dan internasional,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof Zaenal Bachruddin mengemukakan bahwa Indonesia akan menjadi New Agroindustrial Country 2014. Alasannya, karena Indonesia memiliki tenaga kerja di sektor pertanian yang sangat besar, sekitar 40 juta jiwa, yang bias menopang agroindustri.
“Selain itu, permintaan produk agroindustri meningkat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar,” jelasnya.
“Salah satu penyebabnya adalah tidak mampu berkompetisi di pasar internasional, juga karena kalah jauh dalam aplikasi high teknologi pertanian,” ungkap Prof Zaenal Bachruddin kepada wartawan, di Solo, Jawa Tengah, Rabu (18/4/2012).
Menurut Prof Zaenal Bachruddin, aplikasi high teknologi pertanian kita hanya berkisar 13 persen. Padahal seperti halnya Malaysia mencapai 53 persen, RR China capai 52 persen, Taiwan 43 persen.
“Karena itu, sekarang ini kami sedang ,mendorong agar aplikasi high teknologi di sector pertanian bisa meningkat,” tandasnya.
Selain meningkatkan high teknologi pertanian, menurut Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian saat ini sedang mengembangkan kebijakan usaha dan investasi pertanian, diantaranya adalah pengembangan usaha pertanian berbasis kemitraan dan kewirausahaan.
“Tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan promosi produk pertanian di tingkat nasional dan internasional,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof Zaenal Bachruddin mengemukakan bahwa Indonesia akan menjadi New Agroindustrial Country 2014. Alasannya, karena Indonesia memiliki tenaga kerja di sektor pertanian yang sangat besar, sekitar 40 juta jiwa, yang bias menopang agroindustri.
“Selain itu, permintaan produk agroindustri meningkat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar,” jelasnya.
()