Mayoritas UMKM batik Solo tak kenal koperasi
A
A
A
Sindonews.com - Dari sekira 700 pengrajin batik di kota Solo, baru hanya 20 persen saja yang memilih untuk mengikuti koperasi, sedangkan sisanya sekira 80 persen belum menjadi anggota koperasi.
Menurut Dinas Koperasi dan UKM kota Solo, umumnya mereka belum tergabung dalam koperasi. Kalaupun bergabung secara kelompok, mereka berjalan sendiri-sendiri.
"Hal tersebut membuat kami kesulitan untuk membinanya. Padahal dengan menjadi anggota koperasi, keberadaannya bisa dibantu mendapat pembinaan, termasuk dalam hal pemasaran," ungkap Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) kota Solo Nur Haryani, di Loji Gandrung, Solo, Jawa Tengah, Kamis (19/4/2012).
Untuk mereka yang sudah berkelompok terutama yang sudah ada terbentuk klaster, menurut Nur Haryani, pihaknya mendorong agar bergabung atau membentuk koperasi. "Kami beri pemahaman jika mereka telah menjadi anggota koperasi, maka kami akan lebih mudah untuk memberi pembinaan, terutama dalam mempersiapkan daya saing," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, sebetulnya sudah ada beberapa koperasi batik yang cukup besar di kota Solo. Namun keinginan mereka untuk bergabung ke dalam koperasi masih rendah. "Mereka masih belum punya keinginan untuk menjadi anggota koperasi," jelasnya.
Seperti diketahui, persaingan di sektor bisnis batik semakin hari semakin keras, perlu kesiapan daya saing. "Tidak hanya bersaing dalam hal pemasaran, tetapi juga dalam hal motif, pengelolaan dan sebagainya," jelas Nur Haryani. (ank)
Menurut Dinas Koperasi dan UKM kota Solo, umumnya mereka belum tergabung dalam koperasi. Kalaupun bergabung secara kelompok, mereka berjalan sendiri-sendiri.
"Hal tersebut membuat kami kesulitan untuk membinanya. Padahal dengan menjadi anggota koperasi, keberadaannya bisa dibantu mendapat pembinaan, termasuk dalam hal pemasaran," ungkap Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) kota Solo Nur Haryani, di Loji Gandrung, Solo, Jawa Tengah, Kamis (19/4/2012).
Untuk mereka yang sudah berkelompok terutama yang sudah ada terbentuk klaster, menurut Nur Haryani, pihaknya mendorong agar bergabung atau membentuk koperasi. "Kami beri pemahaman jika mereka telah menjadi anggota koperasi, maka kami akan lebih mudah untuk memberi pembinaan, terutama dalam mempersiapkan daya saing," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, sebetulnya sudah ada beberapa koperasi batik yang cukup besar di kota Solo. Namun keinginan mereka untuk bergabung ke dalam koperasi masih rendah. "Mereka masih belum punya keinginan untuk menjadi anggota koperasi," jelasnya.
Seperti diketahui, persaingan di sektor bisnis batik semakin hari semakin keras, perlu kesiapan daya saing. "Tidak hanya bersaing dalam hal pemasaran, tetapi juga dalam hal motif, pengelolaan dan sebagainya," jelas Nur Haryani. (ank)
()