Kebijakan ekonomi RI belum nasionalis
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Dewan Pakar DPP Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hary Tanoesoedibjo hadir menjadi penceramah dalam sesi seminar di arena Muktamar XV Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Madinatul Hujjaj, Asrama Haji, Medan, Selasa (1/5/2012).
Hary menyampaikan ceramahnya berduet dengan Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Tjatur Sapto Edi di hadapan kader IMM se Indonesia itu. "Banyak hal yang sebenarnya bisa diangkat menjadi topik pemikiran untuk perubahan bangsa. Misalnya soal kebijakan ekonomi Indonesia, yang maaf, menurut saya kurang nasionalis," katanya disambut tepuk tangan sekitar 500 mahasiwa kader IMM.
Menurut Hary, industri yang berkembang bukannya kemudian didorong untuk menjadi besar, profesional dan global player sehingga menjadi kebanggan Indonesia. Padahal itu terjadi di negara lain. Misalnya Malaysia yang mengambil Exelcom menjadi XL Axiata dan Bank Niaga yang kemudian diubah menjadi CIMB Niaga. Singapura mau mengambil Telkomsel. "Korea ada dimana-mana dengan Samsung dan Hyundai. China apalagi. Saat ini China merupakan penyuplai terbesar alat teknologi komunikasi di dunia," bebernya.
Dia mengatakan, Indonesia, dengan kebijakan ekonomi seperti sekarang ini, sulit menciptakan pemain global yang bisa dibanggakan. Karena begitu industri tumbuh, diciptakan kompetisi lantas kemudian dijual ke investor asing. "Jadi asing yang besar di sini. Bukan kita yang besar di luar negeri. Jadi, banyak sekali yang harus diubah," bebernya.
Substansinya, kata Hary dalam ceramahnya, dia ingin menggugah IMM sebagai organisasi strategis, berisi generasi penerus dan kader masa depan Indonesia. Mengingat, apa hanya sekitar 8 persen masyarakat kita yang mengenyam pendidikan akademik dan universitas. Sedangkan 92 persen berpendidikan SMA ke bawah.
"Jadi, kita termasuk kategori elit di negeri ini. Maka kita harus tergugah dan mau berbuat untuk memperbaiki keadaan bangsa saat ini," pungkasnya. (bro)
()