Semester II, BHIT akuisisi bank
A
A
A
Sindonews.com – PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) optimistis rencana akuisisi bank berskala menengah bisa terealisasi pada semester II tahun ini.
Direktur BHIT Darma Putra mengatakan,saat ini perseroan sedang melakukan pembicaraan dengan pemilik bank tersebut. Namun,Darma belum mau menjelaskan apakah bank yang akan diakuisisi merupakan perusahaan terbuka atau tidak.Perseroan berharap merupakan bank devisa. Keberadaan bank tersebut dinilai sangat penting untuk melengkapi aktivitas usaha perseroan di sektor keuangan.
“Jika akuisisi sudah dilaksanakan, secara aset unit usaha jasa keuangan sudah hampir bahkan melebihi unit usaha media,” ujar dia sesuai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta kemarin. Dana untuk mengakuisisi bank tersebut berasal dari divestasi aset, melalui pelepasan sekitar 10–20 persen saham langsung perseroan di PT MNC Sky Vision yang akan go public dalam beberapa bulan ke depan.
Selain itu, perseroan juga berencana menerbitkan obligasi dengan nilai emisi sekitar Rp1 triliun. Terkait penerbitan obligasi, Darma menjelaskan saat ini perseroan telah menunjuk sejumlah perusahaan sekuritas sebagai penjamin emisi dan diharapkan pada Juni mendatang sudah bisa diterbitkan. “Kami mempergunakan laporan keuangan 2011.Dalam beberapa hari ke depan, kami akan memasukkan proposal ke Bapepam- LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan),” ujar dia.
Di sisi lain,BHIT berencana menyeimbangkan kinerja anak usahanya.Saat ini,pendapatan perseroan masih disokong oleh pilar media. Selain media, perseroan masih memiliki sejumlah pilar usaha lainnya seperti jasa keuangan, energi dan sumber daya alam, serta investasi portofolio. Darma Putra mengatakan, dalam beberapa tahun ke depan, perseroan menargetkan tidak hanya mengandalkan kontribusi pendapatan dari pilar media.
“Kami ingin menyeimbangkan kontribusi unit usaha lainnya.Karena itu, perseroan berencana melakukan divestasi aset,berinvestasi pada proyek-proyek baru, menerbitkan obligasi, serta penambahan modal pada anak usaha,”katanya. Terkait kinerja perseroan, pada kuartal I/2012 BHIT meraih pendapatan Rp2,07 triliun, meningkat 17,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp1,76 triliun.
Sektor media berhasil membukukan peningkatan pendapatan 18 persen menjadi Rp1,9 triliun pada kuartal I/2012 dari Rp1,6 triliun pada kuartal I/2011. Sektor jasa keuangan mencatatkan kenaikan pendapatan 11,2% dari Rp129 miliar kuartal I/2011 menjadi Rp143 miliar pada kuartal I/2012.Peningkatan ini terutama berasal dari pendapatan premi bersih Rp34 miliar yang meningkat sekitar 450 persen dibandingkan kuartal I/2011.
Pertumbuhan pendapatan yang signifikan dari kedua investasi strategis serta keberhasilan BHIT dalam mengelola beban usaha, memberikan implikasi positif bagi laba usaha dan EBITDA yang meningkat masing-masing menjadi Rp567 miliar dan Rp754 miliar. Kinerja indikator keuangan tersebut berakibat pada kenaikan laba bersih perseroan dari Rp170 miliar menjadi Rp204 miliar,dan berhasil melampaui target anggaran secara signifikan yakni 143,6 persen.
RUPST menyetujui penggunaan laba bersih perseroan untuk didistribusikan sebagai dividen tunai Rp3 per saham, setara dengan Rp99,67 miliar tanpa memperhitungkan penerbitan saham melalui Management and Employee Stock Option Program (MESOP). Menyetujui adanya penyisihan laba bersih untuk cadangan wajib Rp1 miliar dan sisanya sebagai laba ditahan.
Sementara itu, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menyetujui, sekaligus menegaskan rencana pelaksanaan hak konversi atas tanda bukti utang konversi yang diterbitkan BHIT serta penerbitan saham terkait pelaksanaan MESOP. Menegaskan rencana BHIT menambah modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak-banyaknya 10 persen.
Analis dari Reliance Securities Wilson Sofan mengatakan, rencana perseroan memperbesar kinerja unit usaha di luar media merupakan keputusan yang tepat.“Kalau benar bisa dilakukan,BHIT akan memiliki aset yang besar,” ujarnya kepada SINDO di Jakarta kemarin.
Dia menuturkan,masa mendatang unit usaha pertambangan bisa menjadi penggerak utama kinerja perseroan karena margin pendapatan dari sektor ini sangat besar. Sektor jasa keuangan juga memiliki potensi yang tidak kalah besarnya.Hal itu seiring meningkatnya kelas menengah di Indonesia.
Direktur BHIT Darma Putra mengatakan,saat ini perseroan sedang melakukan pembicaraan dengan pemilik bank tersebut. Namun,Darma belum mau menjelaskan apakah bank yang akan diakuisisi merupakan perusahaan terbuka atau tidak.Perseroan berharap merupakan bank devisa. Keberadaan bank tersebut dinilai sangat penting untuk melengkapi aktivitas usaha perseroan di sektor keuangan.
“Jika akuisisi sudah dilaksanakan, secara aset unit usaha jasa keuangan sudah hampir bahkan melebihi unit usaha media,” ujar dia sesuai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta kemarin. Dana untuk mengakuisisi bank tersebut berasal dari divestasi aset, melalui pelepasan sekitar 10–20 persen saham langsung perseroan di PT MNC Sky Vision yang akan go public dalam beberapa bulan ke depan.
Selain itu, perseroan juga berencana menerbitkan obligasi dengan nilai emisi sekitar Rp1 triliun. Terkait penerbitan obligasi, Darma menjelaskan saat ini perseroan telah menunjuk sejumlah perusahaan sekuritas sebagai penjamin emisi dan diharapkan pada Juni mendatang sudah bisa diterbitkan. “Kami mempergunakan laporan keuangan 2011.Dalam beberapa hari ke depan, kami akan memasukkan proposal ke Bapepam- LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan),” ujar dia.
Di sisi lain,BHIT berencana menyeimbangkan kinerja anak usahanya.Saat ini,pendapatan perseroan masih disokong oleh pilar media. Selain media, perseroan masih memiliki sejumlah pilar usaha lainnya seperti jasa keuangan, energi dan sumber daya alam, serta investasi portofolio. Darma Putra mengatakan, dalam beberapa tahun ke depan, perseroan menargetkan tidak hanya mengandalkan kontribusi pendapatan dari pilar media.
“Kami ingin menyeimbangkan kontribusi unit usaha lainnya.Karena itu, perseroan berencana melakukan divestasi aset,berinvestasi pada proyek-proyek baru, menerbitkan obligasi, serta penambahan modal pada anak usaha,”katanya. Terkait kinerja perseroan, pada kuartal I/2012 BHIT meraih pendapatan Rp2,07 triliun, meningkat 17,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp1,76 triliun.
Sektor media berhasil membukukan peningkatan pendapatan 18 persen menjadi Rp1,9 triliun pada kuartal I/2012 dari Rp1,6 triliun pada kuartal I/2011. Sektor jasa keuangan mencatatkan kenaikan pendapatan 11,2% dari Rp129 miliar kuartal I/2011 menjadi Rp143 miliar pada kuartal I/2012.Peningkatan ini terutama berasal dari pendapatan premi bersih Rp34 miliar yang meningkat sekitar 450 persen dibandingkan kuartal I/2011.
Pertumbuhan pendapatan yang signifikan dari kedua investasi strategis serta keberhasilan BHIT dalam mengelola beban usaha, memberikan implikasi positif bagi laba usaha dan EBITDA yang meningkat masing-masing menjadi Rp567 miliar dan Rp754 miliar. Kinerja indikator keuangan tersebut berakibat pada kenaikan laba bersih perseroan dari Rp170 miliar menjadi Rp204 miliar,dan berhasil melampaui target anggaran secara signifikan yakni 143,6 persen.
RUPST menyetujui penggunaan laba bersih perseroan untuk didistribusikan sebagai dividen tunai Rp3 per saham, setara dengan Rp99,67 miliar tanpa memperhitungkan penerbitan saham melalui Management and Employee Stock Option Program (MESOP). Menyetujui adanya penyisihan laba bersih untuk cadangan wajib Rp1 miliar dan sisanya sebagai laba ditahan.
Sementara itu, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menyetujui, sekaligus menegaskan rencana pelaksanaan hak konversi atas tanda bukti utang konversi yang diterbitkan BHIT serta penerbitan saham terkait pelaksanaan MESOP. Menegaskan rencana BHIT menambah modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak-banyaknya 10 persen.
Analis dari Reliance Securities Wilson Sofan mengatakan, rencana perseroan memperbesar kinerja unit usaha di luar media merupakan keputusan yang tepat.“Kalau benar bisa dilakukan,BHIT akan memiliki aset yang besar,” ujarnya kepada SINDO di Jakarta kemarin.
Dia menuturkan,masa mendatang unit usaha pertambangan bisa menjadi penggerak utama kinerja perseroan karena margin pendapatan dari sektor ini sangat besar. Sektor jasa keuangan juga memiliki potensi yang tidak kalah besarnya.Hal itu seiring meningkatnya kelas menengah di Indonesia.
()