Petani daerah sawah tadah hujan kelimpungan

Jum'at, 18 Mei 2012 - 13:28 WIB
Petani daerah sawah tadah hujan kelimpungan
Petani daerah sawah tadah hujan kelimpungan
A A A
Sindonews.com – Petani yang menanam padi di daerah sawah tadah hujan di Bojonegoro mulai kelimpungan. Pasalnya, tanaman padi yang berumur sekitar sebulan itu layu dan mengering.

Sugirin, 75, petani di Desa Gayam, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, misalnya terpaksa mencabuti tanaman padi di sawahnya. Ia
mempunyai empat petak sawah yang kini kondisi tanahnya mengering dan merekah.

“Tanaman padi itu sudah tidak bisa diharapkan lagi,” ucap Sugirin lirih, Jumat (18/5/2012).

Sugirin menderita kerugian tidak sedikit. Untuk biaya beli benih padi, tanam, traktor, dan pupuk ia habis uang Rp1 juta. Namun, tanaman padi itu gagal. Kini, ia terpaksa mengganti tanaman padi itu dengan benih jagung. Ia menanam benih jagung itu sendirian.

“Tanaman padi yang gagal itu terpaksa dicabuti dan buat pakan sapi,” ungkapnya.

Samingun, 65, petani di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, nasibnya hampir serupa. Tanaman padi di lahan sawah tadah hujan miliknya
mengering dan mati. Ia pun kini terpaksa mengganti dengan tanaman kacang hijau.

“Air pengairan sudah tidak ada lagi. Kini, saya beralih menanam palawija,” ucapnya.

Sawah tadah hujan di Desa Gayam dan Mojodelik memang terlihat mulai kering kerontang. Para petani tampak membawa jeriken berisi air lalu menyiramkannya ke tanaman jagung yang masih muda. Sementara itu, pompa-pompa diesel juga dibiarkan tergeletak di tengah sawah lantaran tidak berfungsi untuk mengalirkan air.

Selain di Kecamatan Ngasem, sawah tadah hujan di Kecamatan Baureno, Kanor, Sumberejo, dan Kepohbaru di sisi selatan dan timur Bojonegoro kini juga kekurangan air. Pengairan irigasi dari Waduk Pacal di Kecamatan Temayang tidak mengalir sampai ke daerah itu.

Kondisi itu berbeda dengan persawahan di dekat Sungai Bengawan Solo yaitu mulai Kecamatan Ngraho, Padangan, Purwosari, Kalitidu,
Bojonegoro, hingga Balen. Lahan persawahan di dekat sungai itu terlihat hijau dan subur lantaran mendapatkan pengairan dari Sungai
Bengawan Solo. Namun, petani mengeluarkan biaya ekstra untuk menyedot air dari sungai lalu dialirkan ke sawah-sawah itu.

Selain itu, petani di dekat sungai itu nanti juga diuntungkan dengan adanya bendung gerak di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Bendung gerak itu akan menyimpan cadangan air untuk kebutuhan irigasi pertanian.

Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Zaenal, mengatakan, daerah sawah tadah hujan memang hanya mengandalkan pengairan dari curah hujan. Oleh karena itu, saat musim seperti ini sebaiknya petani menanam tanaman palawija seperti jagung, kacang hijau, kedelai, atau ketela pohon.

“Tanaman palawija itu juga penting untuk persediaan pangan selama musim kemarau. Jangan sampai nanti saat kemarau terjadi paceklik
seperti tahun lalu,” tandasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7185 seconds (0.1#10.140)