Program konversi BBG Wajo butuh keseriusan
A
A
A
Sindonews.com - Rencana konversi Bahan Bakar Gas (BBG) dari Bahan Bakar Minyak (BBM) di kabupaten Wajo, mendapat restu dari kalangan legislatif. Setelah Energy Equity Epic Sengkang (EEES) menandatangani kontrak sebagai penyuplai gas dengan BP Migas dan pihak pemerintah.
Anggota Komisi I DPRD Wajo, bidang Ekonomi Pembangunan, A. Herman mengatakan, kalau pemerintah serius akan menerapkan BBG langkah pertama yang harus dilakukan adalah mensikronkan kesiapan bahan bakar gas dengan pemakai (kendaraan). "Itu harus disinkronkan, dan harus diperbanyak sosialisasi," ujarnya, Selasa (29/5/2012).
Kendati demikian, Legislator dari Partai PKNU ini mengakui, rencana pemerintah tersebut patut didukung, dengan alasan bahan bakar gas lebih hemat pemakaiannya dari pada bahan bakar minyak. "Selain hemat tentu juga lebih murah," katanya.
Praktisi Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Lamaddukkelleng Sengkang A. Bau Salman mengatakan rencana pemerintah tersebut sangat baik, namun, Pemerintah harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti asas prioritas (realkost) infrastruktrur, jangkauan dan biaya komponen yang harus dirombak pada kendaraan bermotor. "Kalau empat ini tidak dimatangkan saya pastikan ini akan membuat masyarakat lebih tidak nyaman," katanya.
Dia mengatakan dalam konversi berarti ada komponen baik motor maupun mobil yang harus dirubah yang menjadi pertanyaan biaya kendaraan ketika akan dirubah akan dibebankan ke pemerintah atau konsumen.
"Hitung-hitungan saya untuk mengubah komponen ini dibutuhkan biaya sampai Rp7 juta, kalau ini dibebankan ke konsumen maka konsumen akan menambah biaya untuk mengonversi, tapi ketika konversi akan dikeluarkan maka biasanya biaya komponen akan ditanggung pemerintah," katanya.
Dan yang lebih penting, menurut Salman, yang harus diperhatikan adalah SDM dan kesiapan masyarakat, apakah masyarakat sudah siap atau tidak, karena ada kekhawatiran bila hal tersebut tidak terencana dengan baik maka akan beresiko pada pemakainya.
"SDM dan kesipan masyarakat kita apakah sudah memenuhi, kalau tidak maka ini harus ada perencanaan harus ada pendidikan khusus kalau tidak kekhawatiran konversi ini sementara jalan mungkin karena salah penggunaan bisa meledak," tandasnya. (ank)
Anggota Komisi I DPRD Wajo, bidang Ekonomi Pembangunan, A. Herman mengatakan, kalau pemerintah serius akan menerapkan BBG langkah pertama yang harus dilakukan adalah mensikronkan kesiapan bahan bakar gas dengan pemakai (kendaraan). "Itu harus disinkronkan, dan harus diperbanyak sosialisasi," ujarnya, Selasa (29/5/2012).
Kendati demikian, Legislator dari Partai PKNU ini mengakui, rencana pemerintah tersebut patut didukung, dengan alasan bahan bakar gas lebih hemat pemakaiannya dari pada bahan bakar minyak. "Selain hemat tentu juga lebih murah," katanya.
Praktisi Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Lamaddukkelleng Sengkang A. Bau Salman mengatakan rencana pemerintah tersebut sangat baik, namun, Pemerintah harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti asas prioritas (realkost) infrastruktrur, jangkauan dan biaya komponen yang harus dirombak pada kendaraan bermotor. "Kalau empat ini tidak dimatangkan saya pastikan ini akan membuat masyarakat lebih tidak nyaman," katanya.
Dia mengatakan dalam konversi berarti ada komponen baik motor maupun mobil yang harus dirubah yang menjadi pertanyaan biaya kendaraan ketika akan dirubah akan dibebankan ke pemerintah atau konsumen.
"Hitung-hitungan saya untuk mengubah komponen ini dibutuhkan biaya sampai Rp7 juta, kalau ini dibebankan ke konsumen maka konsumen akan menambah biaya untuk mengonversi, tapi ketika konversi akan dikeluarkan maka biasanya biaya komponen akan ditanggung pemerintah," katanya.
Dan yang lebih penting, menurut Salman, yang harus diperhatikan adalah SDM dan kesiapan masyarakat, apakah masyarakat sudah siap atau tidak, karena ada kekhawatiran bila hal tersebut tidak terencana dengan baik maka akan beresiko pada pemakainya.
"SDM dan kesipan masyarakat kita apakah sudah memenuhi, kalau tidak maka ini harus ada perencanaan harus ada pendidikan khusus kalau tidak kekhawatiran konversi ini sementara jalan mungkin karena salah penggunaan bisa meledak," tandasnya. (ank)
()