Pengecer mainkan harga gas 3 kg
A
A
A
Sindonews.com – Pengusaha minyak dan migas mensinyalir banyak pengecer yang mempermainkan harga gas elpiji 3 kg. Akibatnya, harga gas di pasaran tidak terkendali.
Menurut Ketua Bidang Elpji 3 Kg DPC Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) Bandung-Sumedang Tua Siagian, kelangkaan elpiji 3 kg bukan hanya disebabkan berkurangnya pasokan yang membuat harga jual tak terkendali.
Tua menduga banyak pengecer nakal yang memanfaatkan kelangkaan itu dengan menaikkan harga jual seenaknya. “Masih banyak warung nakal. Biasanya mereka menyembunyikan jatah elpiji dari agen, misalnya jatahnya 50 (tabung), tapi yang dipajang hanya dua. Dengan begitu,mereka leluasa memainkan harga dengan dalih berkurangnya pasokan,”kata Tua saat ditemui di Cimahi, kemarin.
Selain itu, dia mengatakan, agen penyalur pun tak sedikit yang malas.Hal itu diakui Tua menjadi alasan pengecer menaikkan harga di atas harga normal. Kebanyakan itu terjadi di daerah yang sulit dijangkau. Para agen yang malas menjangkau daerah itu, kata dia, beralasan penjualan di wilayah perkotaan lebih menjanjikan. “Apalagi sekarang banyak agen baru yang hanya memikirkan kepentingan bisnis saja. Padahal, untuk urusan elpiji 3 kg ini bukan sekadar bisnis, tapi membantu masyarakat yang termasuk golongan ekonomi rendah,”ujar Tua.
Terkait harga, dia mengatakan masih menggunakan aturan yang berlaku. Rinciannya, harga dari agen ke pangkalan itu dibanderol Rp12.500/ tabung. Sementara dari pangkalan ke pengecer itu dijual Rp13.500. Berdasarkan aturan, dari pengecer ke masyarakat itu dijual seharga Rp15.000 per tabung.“Kalau pun di pasaran harganya ada yang mencapai Rp20.000, itu karena warung yang menaikkan sendiri harganya,” katanya. Disinggung mengenai adanya indikasi penimbunan,Tua membantah hal itu terjadi di Kota Cimahi.Selain daerahnya relatif kecil, kota itu termasuk daerah militer.
“Kalau pun banyak perusahaan, di Cimahi itu letaknya kebanyakan berada di pinggir jalan.Jadi,kalau ada penimbunan di industri yang biasanya memiliki gudang berukuran luas itu,warga sekitar dapat segera menciumnya. Nah, kalau di KBB, nggak tahu, soalnya daerahnya luas,” tuturnya. Selain itu, penimbunan diakuinya merugikan pengusaha sebab memerlukan modal yang relatif besar dan berisiko tinggi. “Selain perlu modal besar dan gudang yang luas untuk menyimpannya, pengusaha pun dihantuimeledaknya tabunggas yang ditimbun,”katanya.
Tua menjelaskan, untuk daerah cakupan Bandung-Sumedang, sejauh ini terdapat 148 agen. Sementara jumlah pangkalan terhitung mencapai 4.000-an. Untuk mengontrol perilaku pangkalan,dalam waktu dekat ini pihaknya bakal menerapkan aturan baru, yakni berupa kartu pengendali. Sebelumnya diberitakan, jajaran Polres Cimahi mencurigai adanya aksi penimbunan elpiji 3 kg di wilayah hukumnya. Karena itu, pihaknya melakukan penyelidikan di lapangan terhadap masih terjadinya kelangkaan elpiji.
Kapolres Cimahi AKBP Anwar mengatakan,pasokan elpiji 3 kg yang dilakukan Pertamina seharusnya sudah mencukupi kebutuhan yang diperlukan masyarakat.Namun, hingga saat ini kelangkaan elpiji ukuran tersebut masih terjadi. Karena itu,dia mencurigai adanya indikasi penimbunan elpiji 3 kg di wilayah hukum Polres Cimahi. “Distribusi sudah ditambah, tapi kokkenapa masih tetap langka, ini yang sedang kami selidiki,” ungkap Anwar seusai melakukan gelar pasukan Operasi Simpatik Lodaya 2012 di Mapolres Cimahi, Kamis 31 Mei 2012
Dia menyebutkan,keputusan penyelidikan setelah mempelajari jalur distribusi elpiji 3 kg di wilayah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. Oleh karena itu,Anwar menegaskan, pihaknya akan berupaya mengungkap penyebab pasti kelangkaan elpiji 3 kg tersebut.
Menurut Ketua Bidang Elpji 3 Kg DPC Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) Bandung-Sumedang Tua Siagian, kelangkaan elpiji 3 kg bukan hanya disebabkan berkurangnya pasokan yang membuat harga jual tak terkendali.
Tua menduga banyak pengecer nakal yang memanfaatkan kelangkaan itu dengan menaikkan harga jual seenaknya. “Masih banyak warung nakal. Biasanya mereka menyembunyikan jatah elpiji dari agen, misalnya jatahnya 50 (tabung), tapi yang dipajang hanya dua. Dengan begitu,mereka leluasa memainkan harga dengan dalih berkurangnya pasokan,”kata Tua saat ditemui di Cimahi, kemarin.
Selain itu, dia mengatakan, agen penyalur pun tak sedikit yang malas.Hal itu diakui Tua menjadi alasan pengecer menaikkan harga di atas harga normal. Kebanyakan itu terjadi di daerah yang sulit dijangkau. Para agen yang malas menjangkau daerah itu, kata dia, beralasan penjualan di wilayah perkotaan lebih menjanjikan. “Apalagi sekarang banyak agen baru yang hanya memikirkan kepentingan bisnis saja. Padahal, untuk urusan elpiji 3 kg ini bukan sekadar bisnis, tapi membantu masyarakat yang termasuk golongan ekonomi rendah,”ujar Tua.
Terkait harga, dia mengatakan masih menggunakan aturan yang berlaku. Rinciannya, harga dari agen ke pangkalan itu dibanderol Rp12.500/ tabung. Sementara dari pangkalan ke pengecer itu dijual Rp13.500. Berdasarkan aturan, dari pengecer ke masyarakat itu dijual seharga Rp15.000 per tabung.“Kalau pun di pasaran harganya ada yang mencapai Rp20.000, itu karena warung yang menaikkan sendiri harganya,” katanya. Disinggung mengenai adanya indikasi penimbunan,Tua membantah hal itu terjadi di Kota Cimahi.Selain daerahnya relatif kecil, kota itu termasuk daerah militer.
“Kalau pun banyak perusahaan, di Cimahi itu letaknya kebanyakan berada di pinggir jalan.Jadi,kalau ada penimbunan di industri yang biasanya memiliki gudang berukuran luas itu,warga sekitar dapat segera menciumnya. Nah, kalau di KBB, nggak tahu, soalnya daerahnya luas,” tuturnya. Selain itu, penimbunan diakuinya merugikan pengusaha sebab memerlukan modal yang relatif besar dan berisiko tinggi. “Selain perlu modal besar dan gudang yang luas untuk menyimpannya, pengusaha pun dihantuimeledaknya tabunggas yang ditimbun,”katanya.
Tua menjelaskan, untuk daerah cakupan Bandung-Sumedang, sejauh ini terdapat 148 agen. Sementara jumlah pangkalan terhitung mencapai 4.000-an. Untuk mengontrol perilaku pangkalan,dalam waktu dekat ini pihaknya bakal menerapkan aturan baru, yakni berupa kartu pengendali. Sebelumnya diberitakan, jajaran Polres Cimahi mencurigai adanya aksi penimbunan elpiji 3 kg di wilayah hukumnya. Karena itu, pihaknya melakukan penyelidikan di lapangan terhadap masih terjadinya kelangkaan elpiji.
Kapolres Cimahi AKBP Anwar mengatakan,pasokan elpiji 3 kg yang dilakukan Pertamina seharusnya sudah mencukupi kebutuhan yang diperlukan masyarakat.Namun, hingga saat ini kelangkaan elpiji ukuran tersebut masih terjadi. Karena itu,dia mencurigai adanya indikasi penimbunan elpiji 3 kg di wilayah hukum Polres Cimahi. “Distribusi sudah ditambah, tapi kokkenapa masih tetap langka, ini yang sedang kami selidiki,” ungkap Anwar seusai melakukan gelar pasukan Operasi Simpatik Lodaya 2012 di Mapolres Cimahi, Kamis 31 Mei 2012
Dia menyebutkan,keputusan penyelidikan setelah mempelajari jalur distribusi elpiji 3 kg di wilayah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. Oleh karena itu,Anwar menegaskan, pihaknya akan berupaya mengungkap penyebab pasti kelangkaan elpiji 3 kg tersebut.
()