Skema pembiayaan UMKM perlu diubah
A
A
A
Sindonews.com - Skema pembiayaan untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) semestinya lebih mempertimbangkan faktor feasible ketimbang unsur bankable.
Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal Sutrisno mengungkapkan, kesulitan pelaku UMKM mengakses pinjaman modal, dikarenakan skema pinjaman yang lebih mempertimbangkan unsur bankable. Padahal, nyaris sebagian besar pelaku usaha mikro dan kecil belum bakable.
"Skema pembiayaannya harus diubah. Kreditur jangan hanya mempertimbangkan UMKM harus bankable. Tapi mestinya mengutamakan aspek feasiblenya," kata Agung Suryamal Sutisno pada sela-sela festival usahawan muda, Moalbebeja di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (4/6/2012).
Menurut Agung, dengan mengutamakan aspek fisible, maka kredit untuk UMKM bisa tanpa jaminan. Karena, masalah utama akses modal UMKM adalah jaminan usaha. Sementara, sebagian UMKM tidak memiliki jaminan. Kondisi itu juga yang terjadi pada kredit cinta rakyat (KCR). Dari Rp165 miliar dana yang disiapkan, baru tersalurkan sekitar 10 persen.
Alur distribusi pembiayaan, lanjut Agung, bisa menggunakan lembaga nonperbankan. Seperti Kadin, lembaga ekonomi kemasyarakatan, dan lainnya. Alur pembiayaan melalui jalur tersebut, lebih tepat sasaran. Serta, potensi kredit macet (NPL) cenderung kecil.
"Alur distribusi pinjaman lewat lembaga lebih mempertimbangkan unsur kepercayaan. Mereka yang akan mendapat pinjaman adalah pelaku usaha yang telah bermitra dengan lembaga tersebut. Sehingga kredibilitasnya diakui" beber dia. Pendekatan lembaga juga akan lebih personal.
Skema pembiayaan dengan konsep tersebut, telah banyak digunakan di beberapa daerah. Termasuk di negara lain. Begitupun dengan Kadin Jabar. Melalui program BMT, Kadin telah menggulirkan pinjaman modal Rp2 miliar. Pinjaman tanpa jaminan itu, diakui Agung rendah kredit macet.
"Skema itu ternyata cukup bagus. Dan sukses bisa dilaksanakan. Ini mestinya menjadi pertimbangan bank atau pemerintah menggejot pembiayaan bagi UMKM," timpal dia.
Sementara itu, founder MyOyeah sebagai penggagas Moalbebeja Irwan Edianto mengatakan, selain persoalan modal usaha, pelaku usaha baru dalam hal ini UMKM, juga perlu dukungan promosi produk. Promosi akan lebih mendekatkan produk tertentu dengan konsumen.
"Kami berharap, festival ini menjadi wadah bagi pengusaha baru memperkenalkan produknya. Apalagi, Bandung telah dijadikan destinasi wisata bagi masyarakat Indonesia. Tinggal bagaimana kita kemas acara ini bisa berkesinambungan," kata dia singkat.
Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal Sutrisno mengungkapkan, kesulitan pelaku UMKM mengakses pinjaman modal, dikarenakan skema pinjaman yang lebih mempertimbangkan unsur bankable. Padahal, nyaris sebagian besar pelaku usaha mikro dan kecil belum bakable.
"Skema pembiayaannya harus diubah. Kreditur jangan hanya mempertimbangkan UMKM harus bankable. Tapi mestinya mengutamakan aspek feasiblenya," kata Agung Suryamal Sutisno pada sela-sela festival usahawan muda, Moalbebeja di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (4/6/2012).
Menurut Agung, dengan mengutamakan aspek fisible, maka kredit untuk UMKM bisa tanpa jaminan. Karena, masalah utama akses modal UMKM adalah jaminan usaha. Sementara, sebagian UMKM tidak memiliki jaminan. Kondisi itu juga yang terjadi pada kredit cinta rakyat (KCR). Dari Rp165 miliar dana yang disiapkan, baru tersalurkan sekitar 10 persen.
Alur distribusi pembiayaan, lanjut Agung, bisa menggunakan lembaga nonperbankan. Seperti Kadin, lembaga ekonomi kemasyarakatan, dan lainnya. Alur pembiayaan melalui jalur tersebut, lebih tepat sasaran. Serta, potensi kredit macet (NPL) cenderung kecil.
"Alur distribusi pinjaman lewat lembaga lebih mempertimbangkan unsur kepercayaan. Mereka yang akan mendapat pinjaman adalah pelaku usaha yang telah bermitra dengan lembaga tersebut. Sehingga kredibilitasnya diakui" beber dia. Pendekatan lembaga juga akan lebih personal.
Skema pembiayaan dengan konsep tersebut, telah banyak digunakan di beberapa daerah. Termasuk di negara lain. Begitupun dengan Kadin Jabar. Melalui program BMT, Kadin telah menggulirkan pinjaman modal Rp2 miliar. Pinjaman tanpa jaminan itu, diakui Agung rendah kredit macet.
"Skema itu ternyata cukup bagus. Dan sukses bisa dilaksanakan. Ini mestinya menjadi pertimbangan bank atau pemerintah menggejot pembiayaan bagi UMKM," timpal dia.
Sementara itu, founder MyOyeah sebagai penggagas Moalbebeja Irwan Edianto mengatakan, selain persoalan modal usaha, pelaku usaha baru dalam hal ini UMKM, juga perlu dukungan promosi produk. Promosi akan lebih mendekatkan produk tertentu dengan konsumen.
"Kami berharap, festival ini menjadi wadah bagi pengusaha baru memperkenalkan produknya. Apalagi, Bandung telah dijadikan destinasi wisata bagi masyarakat Indonesia. Tinggal bagaimana kita kemas acara ini bisa berkesinambungan," kata dia singkat.
()