Pertamina fokuskan konversi CNG di Jabodetabek

Jum'at, 08 Juni 2012 - 14:18 WIB
Pertamina fokuskan konversi CNG di Jabodetabek
Pertamina fokuskan konversi CNG di Jabodetabek
A A A
Sindonews.com – PT Pertamina (Persero) terus mengembangkan konversi gas alam terkompresi atau Compressed natural gas (CNG) atau akrab yang dikenal dengan Bahan Bakar Gas (BBG). Hal itu sebagai salah satu langkah Pertamina untuk menghemat Bahan Bakar Minyak (BBM).

Saat ini Pertamina masih dalam tahap persiapan dan implementasi. Tntangan yang dihadapi salah satunya yakni kesiapan infrastruktur terkait stasiun pengisian dan converter kit. Serta belum adanya insentif bagi pengusaha dan pengguna CNG.

Hal itu diungkapkan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan. Saat ini Pertamina masih fokus memberlakukan kebijakan konversi BBM ke BBG juntuk wilayah Jabodetabek.

“CNG kita terus bergerak, kita masih menunggu perpres saja bahwa pertamina ditunjuk yang Jabodetabek, tapi sementara infrastruktur sudah kami siapkan, kita fokus Jabodetabek, karena Jabodetabek konsumsinya paling tinggi,” ujarnya kepada wartawan usai menjadi pembicara di Kampus FISIP Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat (08/06/12).

Berbagai cara dilakukan Pertamina untuk hemat energi. “Banyak sekali kesempatan yang belum dikembangkan, tapi harus right timing, kalau ada potensi dari Amerika ke Indonesia, ini kan juga potensi bahwa sumber daya gas kita enggak ada marketnya, bagus kalau nanti bisa diserap secara domestik seluruhnya, nanti kalau lebih dari yang kita produksikan dari demand domestic akan sulit kita ekspor,” paparnya.

Sementara itu, Karen menambahkan bahwa Pertamina sudah berbicara dengan produsen automotif seperti Toyota untuk fokus mengembangkan mobil hemat energi seperti mobil hybrid. Serta bisa juga dilakukan produksi mobil yang menggunakan bahan bakar gas.

“Saya sudah bicara Toyota bahwa mereka akan lepas hybrid dulu, baru yang bahan bakarnya pakai gas. Kebijakan energi harus lihat juga kebijakan pembangunan infrastruktur. Di negara lain mobil taruh di satu tempat dan di dalam kota pakai mass transportation.

Saya juga bicara dengan PT KAI bahwa mau menambah armada setiap lima menit ada mereka butuh lahan, 1300 kereta tambahan ngetemnya dimana, ini problem, karena itu hemat energi banyak yang terlibat, kementrian ESDM, PU terlibat, Kemendagri juga,” imbuhnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4166 seconds (0.1#10.140)