Menangkap peluang bisnis budaya nongkrong

Senin, 11 Juni 2012 - 12:09 WIB
Menangkap peluang bisnis budaya nongkrong
Menangkap peluang bisnis budaya nongkrong
A A A
Sindonews.com - Ada banyak pengusaha baru yang lahir karena mewarisi kegeniusan orang tuanya berwirausaha. Mereka dididik dan diajari berbisnis sejak kecil. Ketika dewasa, mereka meneruskan “kerajaan” bisnis keluarga.

Bermula dari budaya masyarakat Indonesia yang suka nongkrong, gagasan mendirikan supermarket berpadu kafe tercetus. Kini “toko plus warung kopi” yang dikenal dengan 7-Eleven (Sevel) itu memiliki 73 outlet di sekitar Jakarta. Padahal,Sevel sejatinya baru berdiri pada 2009 dan baru benar-benar beroperasi pada 2010. Tetapi karena kegeniusan sosok Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia Henri Honoris, akhirnya membawa usaha ini menuju sukses.

Kepiawaian pria lulusan Marketing and Finance Universditas Seattle, Amerika Serikat (AS), November 1997 ini mengatakan, peluang usaha ritel di Ibu Kota merupakan kreasi bisnis yang didapatkan dari pengalaman ayahnya, Sungkono Honoris, yang sudah malang melintang selama 40 tahun terjun di dunia ritel. Sungkono merupakan Pemilik PT Modern International Tbk–pemegang hak distribusi Fuji Film di Indonesia.

Ketika masih remaja, dia belajar bisnis mulai dari nol.Henri harus menjaga toko, mencetak foto, menjual album, pigura, dan melayani pembeli. Sampaisampai dia harus tidur di bawah mesin cetak. “Tapi ini merupakan pelajaran bisnis pertama dari orang tua, sehingga saya bisa menjadi seperti sekarang ini,” ungkap Henri kepada Seputar Indonesia (SINDO) saat ditemui di Jakarta, akhir pekan lalu.

Gagasan Henri mendirikan Sevel di Indonesia bermula dari ide keluarga, terutama ayah tercintanya. Keluarga Henri melihat sebuah peluang. Setelah 40 tahun menjadi distributor Fuji Film di Indonesia, pada tahun 2000 era digital mulai marak.Keluarga Henri kehilangan bisnis ini karena sudah jarang orang yang membeli rol-rol film. Itu adalah kondisi di mana keluarga Henri harus berpikir keras untuk tidak mengurangi jumlah karyawan.

“Sehingga pada 2006, atas saran, nasihat, dan dukungan dari keluarga, terutama dorongan dari bapak sendiri, akhirnya keputusan untuk mengubah dan mendirikan Sevel di Indonesia segera diaplikasikan,”kata Henri.

Henri melihat bahwa bisnis keluarganya tidak bisa lagi dijalankan dengan usaha yang sama. Karena itu, Henri berupaya mendekati pihak Sevel yang berkantor pusat di Dallas,Texas. Henri berkeinginan agar perusahaan asal Negeri Paman Sam itu memberikan hak waralabanya di Indonesia.

Sayangnya, beberapa kali proposal yang diajukan ditolak.Tapi karena motivasi yang tinggi dan dorongan dari keluarga yang tidak henti, akhirnya pihak Sevel memberi hak izin mendirikan usaha ini di Indonesia. Kini usaha ini dikelola di bawah naungan PT Modern Putra Indonesia.

“Dengan susah payah,sampai ditolak beberapa kali,dan hampir menyerah,tapi karena bapak bilang tidak boleh menyerah, tidak boleh mundur, harus tetap semangat,kerja keras,dan tetap berpikir positif, serta harus mau berubah, akhirnya rencana itu bisa terlaksa-na dan hasilnya bisa dilihat sekarang,” kata pria kelahiran Jakarta,27 Mei 1975,ini.

Berdirinya Sevel di tempat-tempat strategis di Jakarta sengaja ingin membidik pasar masyarakat urban.Saat ini penduduk urban di Jakarta mengalami pertambahan setiap tahun. Di samping itu, tingkat kesejahteraan mereka pun terus meningkat.

“Karena itu, kita sediakan mereka tempat yang enak buat ngobrol, harga terjangkau, kualitas terjamin, lengkap dengan wifi gratis,live music,dan kadang juga nonton bola bareng. Outlet yang tersedia juga buka 24 jam.”ujar Henri.

Upaya Henri menuai sukses. Hal itu bisa dibuktikan dengan pencapaian total omzet konsolidasi bisnis PT Modern Putra Indonesia yang bernilai Rp899 miliar pada tahun lalu, sekitar 30% berasal dari pendapatan Sevel. “Jika pada 2009 omzetnya masih belum ada, pada 2010 dengan 21 outlet omzetnya sudah mencapai Rp72 miliar,sedangkan pada 2011 dengan 57 outlet omzetnya bernilai Rp319 miliar,”kata Henri. Saat ini Sevel masih dioperasikan secara pribadi, belum diwaralabakan (franchise).

Ke depan,pola tersebut rencananya akan dilakukan untuk pengusaha lokal. Sejauh ini pihak Sevel Indonesia sedang menyiapkan segala infrastrukturnya, termasuk menyediakan multiplanning center guna melatih sumberdaya manusia,teknologi makanan siap saji,dan menyiapkan pabriknya sendiri.

“Jadi, kami sedang menyiapkan infrastrukturnya untuk bisa nanti memberikan kecepatan men-support penerima waralaba lokal, pengusaha lokal dari kecil sampai menengah yang mau mem franchise Sevel,” ujar Henri seraya menutup pembicaraannya dengan SINDO.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7088 seconds (0.1#10.140)