BBM tak bisa naik, penghematan energi ditingkatkan

Jum'at, 15 Juni 2012 - 17:17 WIB
BBM tak bisa naik, penghematan energi ditingkatkan
BBM tak bisa naik, penghematan energi ditingkatkan
A A A


Sindonews.com - Pemerintah memastikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak akan mengalami kenaikan. Hal itu karena harga minyak dunia mengalami penurunan.

"Urusan BBM kita telah sepakat dengan DPR dengan rule yang ada di parlemen. Dengan kecenderungan harga minyak turun mendekati USD80 per barel untuk West Texas, USD90 per barel untuk nymex brent. Maka akan sulit tentunya untuk penuhi pagu dimana minyak boleh naik BBM boleh naik," kata Wakil Menteri Energi dan Sumber Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini Suharsyah disela-sela Rakor Monitoring dan Evaluasi Penghematan Energi dan Air Tanah di Kementerian ESDM, Jakarta, Jum'at (15/6/2012).

Meski harga BBM tidak mengalami kenaikan, menurut Rudi, program penghematan juga terus dilakukan. "Efisiensi tidak bisa dilakukan oleh petugas, tidak bisa dilakukan oleh aparat, tidak bisa dilakukan oleh sesuatu yang sifatnya institusional. Harus dilakukan oleh orang per orang, makanya akan diubah behavior. Yang akan diubah adalah cara kita mengelola energi, cara kita menggunakan energi dan air," sebutnya.

Lalu bagaimana penghematan dilakukan? "Cara penghematan pertama, dari kantor pemerintahan mulai dari sederhana yang biasa gunakan ac temperatur 18 dinaikian jadi 24-25. Itu sudah cukup buat hidup kita normal tidak perlu dingin-dingin," kata Rudi.

Upaya lain yang dilakukannya, lanjut Rudi, terus melakukan konversi dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas. "Converter kit saat ini sedang diusahakan di Kementerian Perindustrian walaupun impor dulu. Tapi kedepannya PT DI atau industri lain yang akan membuat itu akan sangat membantu konversi dari BBM ke BBG," terangnya.

Rudi memastikan, untuk konversi ini, gasnya sendiri telah tersedia. "Itu dari industri hulu sudah tersedia 37 dari beberapa KKS dan 50 dari KEI per mmscfd sudah siap, cuma untuk mengubah dari BBG jadi LGV masih tunggu converter yang sedang diimpor," ujarnya.

Rudi beralasan, konversi tersebut harus dilakukan agar Indonesia tidak menjadi negara Net Importer Energi. "Itu sangat berbahaya karena beban kita 65 persen dari migas sementara minyak 0,3 cadangan dunia yang ada di Indonesia gas hanya 1,2 persen yang ada di Indonesia," tandasnya.

Ia pun optimis hal itu bisa dilakukan karena Indonesia kaya akan energi alternatif. "Kita punya panas bumi yang 40 persen dunia. Kita punya panas matahari yang 12 jam menyinari selama 365 hari menyinari. Kita punya batubara, dan biofuel. Tetapi pekerjaan tersebut butuh waktu yang panjang," sebutnya.

Ia menargetkan program penghematan ataupun program konversi dapat terlaksana dengan baik dalam dua tahun ke depan. "Ini adalah sebuah kegiatan jangka pendek dalam 2 tahun ini baik penghematan maupun konversi dapat terlaksana," harapnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6966 seconds (0.1#10.140)