Cermati pergerakan PGAS, meski ada peluang naik
A
A
A
Sindonews.com - Kebijakan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menaikkan harga jual gas menuai protes dari pengusaha dan pemerintah. Bagaimana prospek sahamnya?
Niat manajemen Perusahaan Gas Negara (PGAS) untuk mengeruk laba besar, tampaknya tak akan berlangsung mulus. Maklum, kenaikan harga jual gas yang ditetapkan BUMN ini sontak mengundang protes. Bukan hanya dari kalangan pengusaha, sejumlah kementerian juga melontarkan protes kenaikan harga gas yang dianggap keterlaluan.
Seperti diketahui, Mei lalu PGAS menaikan harga jual gas dari USD4,3 menjadi USD10,2 per million british thermal units (MMBTU) atau naik hingga 57,8 persen (tergantung lokasi). Kenaikan itu lantaran harga beli gas dari ladang milik ConoCo Philips dan Pertamina juga mengalami kenaikan. Agar kinerjanya tetap oke, maka manajemen PGAS memutuskan untuk menaikan harga jual gas ke industri.
Tapi, ya itu tadi, kebijakan PGAS menaikan harga jual gas langsung ditentang para pengusaha. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) misalnya, memprotes kenaikan tersebut akan membuat ongkos produksi makanan dan minuman naik 25 persen. Protes serupa juga dilontarkan oleh sekitar 31 asosiasi industri lainnya.
Terakhir, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengusulkan agar kenaikan harga gas dilakukan secara bertahap hingga 2014. Sebab, kenaikan itu akan mengancam kelangsungan hidup tiga juta buruh. Keberatan para pengusaha ini mendapat dukungan dari Euis Saedah, Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementrian Perindustrian. “Kenaikan tersebut akan membuat pertumbuhan industri kecil menengah turun,” kata Euis.
Protes dari kalangan pengusaha itu memang masih dikaji pemerintah dan manajemen PGAS. Tetapi, kendati dirong-rong oleh pro dan kontra kenaikan harga gas, saham PGAS justru menjadi incaran para investor. Hari ini, Selasa (19/6/2012) harga saham PGAS ditutup di harga Rp 3.550 atau naik Rp 25 (0,71 persen). Kalau dibandingkan harga penutupan Jumat pekan lalu, berarti sudah menguat 4,41 persen.
Menurut Cece Ridwanullah, banyak investor mengincar saham PGAS karena perusahaan ini memiliki fundamental yang kuat dan sahamnya likuid. Ia memproyeksikan peka ini saham PGAS akan bergerak di rentang Rp3.100–Rp3.800. Dari perhitungan Cece, saat ini PER (price earning) PGAS adalah delapan kali.
Artinya, peluang untuk naik masih cukup besar karena biasanya PER PGAS berada di level 12–13 kali. Hal yang sama juga dikatakan oleh Abidin, analis Millenium Danatama Securities. “Mestinya harga saham ini sudah naik, tapi terhambat oleh situasi pasar katanya,” katanya. Namun demikian, Abidin melihat saham PGAS sudah over sold. Artinya, tren untuk menurun sangat terbuka.
Jadi, tetaplah hati-hati meski prospek PGAS untuk naik masih ada.
Niat manajemen Perusahaan Gas Negara (PGAS) untuk mengeruk laba besar, tampaknya tak akan berlangsung mulus. Maklum, kenaikan harga jual gas yang ditetapkan BUMN ini sontak mengundang protes. Bukan hanya dari kalangan pengusaha, sejumlah kementerian juga melontarkan protes kenaikan harga gas yang dianggap keterlaluan.
Seperti diketahui, Mei lalu PGAS menaikan harga jual gas dari USD4,3 menjadi USD10,2 per million british thermal units (MMBTU) atau naik hingga 57,8 persen (tergantung lokasi). Kenaikan itu lantaran harga beli gas dari ladang milik ConoCo Philips dan Pertamina juga mengalami kenaikan. Agar kinerjanya tetap oke, maka manajemen PGAS memutuskan untuk menaikan harga jual gas ke industri.
Tapi, ya itu tadi, kebijakan PGAS menaikan harga jual gas langsung ditentang para pengusaha. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) misalnya, memprotes kenaikan tersebut akan membuat ongkos produksi makanan dan minuman naik 25 persen. Protes serupa juga dilontarkan oleh sekitar 31 asosiasi industri lainnya.
Terakhir, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengusulkan agar kenaikan harga gas dilakukan secara bertahap hingga 2014. Sebab, kenaikan itu akan mengancam kelangsungan hidup tiga juta buruh. Keberatan para pengusaha ini mendapat dukungan dari Euis Saedah, Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementrian Perindustrian. “Kenaikan tersebut akan membuat pertumbuhan industri kecil menengah turun,” kata Euis.
Protes dari kalangan pengusaha itu memang masih dikaji pemerintah dan manajemen PGAS. Tetapi, kendati dirong-rong oleh pro dan kontra kenaikan harga gas, saham PGAS justru menjadi incaran para investor. Hari ini, Selasa (19/6/2012) harga saham PGAS ditutup di harga Rp 3.550 atau naik Rp 25 (0,71 persen). Kalau dibandingkan harga penutupan Jumat pekan lalu, berarti sudah menguat 4,41 persen.
Menurut Cece Ridwanullah, banyak investor mengincar saham PGAS karena perusahaan ini memiliki fundamental yang kuat dan sahamnya likuid. Ia memproyeksikan peka ini saham PGAS akan bergerak di rentang Rp3.100–Rp3.800. Dari perhitungan Cece, saat ini PER (price earning) PGAS adalah delapan kali.
Artinya, peluang untuk naik masih cukup besar karena biasanya PER PGAS berada di level 12–13 kali. Hal yang sama juga dikatakan oleh Abidin, analis Millenium Danatama Securities. “Mestinya harga saham ini sudah naik, tapi terhambat oleh situasi pasar katanya,” katanya. Namun demikian, Abidin melihat saham PGAS sudah over sold. Artinya, tren untuk menurun sangat terbuka.
Jadi, tetaplah hati-hati meski prospek PGAS untuk naik masih ada.
()