Eropa didesak atasi krisis
A
A
A
Sindonews.com - Para pemimpin dunia yang tergabung dalam kelompok 20 negara maju dan berkembang (G-20) mendesak Eropa mengambil tindakan darurat guna menyelesaikan krisis utang zona Euro. Langkah tersebut harus segera dilakukan menyusul kegagalan hasil pemilihan umum (pemilu) Yunani dalam menenangkan pasar keuangan Eropa.
Tindakan darurat itu juga diharapkan meringankan kekhawatiran gejolak lebih lanjut yang berpotensi berpengaruh terhadap ekonomi global. “Negara-negara G-20 juga telah menyerukan kepada Eropa untuk melakukan semua langkah- langkah kebijakan yang diperlukan guna menyelesaikan krisis yang telah berjalan selama lebih dari dua tahun,” demikian bunyi draf komunike G-20 yang dilansir Reuters,Senin 18 Juni 2012 waktu setempat.
Sebagai informasi tambahan, pasar keuangan Eropa, terutama Spanyol kembali bereaksi negatif yang ditunjukkan dengan tingginya imbal hasil obligasi jangka pendek pada lelang kemarin. Kendati sukses meraup dana dari pasar senilai USD3,04 miliar euro (USD3,8 miliar), namun Pemerintah Spanyol harus membayar biaya pinjaman lebih tinggi yakni 5,07 persen dan 5,10 persen untuk tenor 12 bulan dan 18 bulan.
Sebagai perbandingan, pada penerbitan obligasi 14 Mei lalu dengan tenor yang sama, yield obligasi yang ditetapkan masing-masing hanya 2,98 persen dan 3,3 persen. Menurut draf komunike tersebut, saat ini investor khawatir perbankan Eropa dapat menjatuhkan seluruh negara blok mata uang tunggal.Kendati demikian, negara-negara di Eropa yang tergabung dalam G-20 berjanji menghentikan pengaruh arus balik antara penguasa dan bank.
Menanggapi komunike tersebut, pejabat Eropa keberatan jika harus disalahkan atas melemahnya pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.Komisi Eropa menyatakan bahwa mereka tidak datang ke pertemuan puncak G-20 untuk didikte dalam hal demokrasi atau bagaimana menjalankan perekonomian. “Kami hadir bukan untuk menerima pelajaran. Kami tegaskan bahwa krisis keuangan global sesungguhnya bukan dari Eropa,” ujar Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso dikutip BBCdalam KTT G-20 yang diselenggarakan di Los Cabos, Meksiko.
Pada ajang tersebut, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang sebelumnya mengadakan pertemuan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, saat ini Jerman tengah berada di bawah tekanan kuat untuk bergerak lebih cepat dalam keuangan dan fiskal zona euro. Pertemuan puncak G-20 merupakan salah satu pertemuan ekonomi terbesar di dunia yang melibatkan negara-negara maju dan berkembang berpengaruh.
Ajang yang kali ini berlangsung Senin-Selasa (18-19 Juni 2012) tersebut rutin digelar untuk membahas permasalahan terkini dalam bidang ekonomi. Anggota G-20 mewakili 90 persen produk domestik bruto (PDB), 80 persen volume perdagangan dan dua per tiga populasi dunia. Pada KTT G-20 Bank Dunia, yang sebelumnya menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini menjadi hanya 2,5 persen, menyatakan bahwa negaranegara berkembang menghadapi periode panjang dari volatilitas di pasar keuangan serta perlambatan pertumbuhan.
Dalam draf komunike G-20 juga dijelaskan akan bertindak dalam memperkuat pemulihan dalam waktu tiga tahun. G-20 juga menegaskan negara-negara yang tidak berutang siap bertindak bersama guna memacu pertumbuhan jika perekonomian melemah di masa mendatang.
Tindakan darurat itu juga diharapkan meringankan kekhawatiran gejolak lebih lanjut yang berpotensi berpengaruh terhadap ekonomi global. “Negara-negara G-20 juga telah menyerukan kepada Eropa untuk melakukan semua langkah- langkah kebijakan yang diperlukan guna menyelesaikan krisis yang telah berjalan selama lebih dari dua tahun,” demikian bunyi draf komunike G-20 yang dilansir Reuters,Senin 18 Juni 2012 waktu setempat.
Sebagai informasi tambahan, pasar keuangan Eropa, terutama Spanyol kembali bereaksi negatif yang ditunjukkan dengan tingginya imbal hasil obligasi jangka pendek pada lelang kemarin. Kendati sukses meraup dana dari pasar senilai USD3,04 miliar euro (USD3,8 miliar), namun Pemerintah Spanyol harus membayar biaya pinjaman lebih tinggi yakni 5,07 persen dan 5,10 persen untuk tenor 12 bulan dan 18 bulan.
Sebagai perbandingan, pada penerbitan obligasi 14 Mei lalu dengan tenor yang sama, yield obligasi yang ditetapkan masing-masing hanya 2,98 persen dan 3,3 persen. Menurut draf komunike tersebut, saat ini investor khawatir perbankan Eropa dapat menjatuhkan seluruh negara blok mata uang tunggal.Kendati demikian, negara-negara di Eropa yang tergabung dalam G-20 berjanji menghentikan pengaruh arus balik antara penguasa dan bank.
Menanggapi komunike tersebut, pejabat Eropa keberatan jika harus disalahkan atas melemahnya pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.Komisi Eropa menyatakan bahwa mereka tidak datang ke pertemuan puncak G-20 untuk didikte dalam hal demokrasi atau bagaimana menjalankan perekonomian. “Kami hadir bukan untuk menerima pelajaran. Kami tegaskan bahwa krisis keuangan global sesungguhnya bukan dari Eropa,” ujar Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso dikutip BBCdalam KTT G-20 yang diselenggarakan di Los Cabos, Meksiko.
Pada ajang tersebut, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang sebelumnya mengadakan pertemuan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, saat ini Jerman tengah berada di bawah tekanan kuat untuk bergerak lebih cepat dalam keuangan dan fiskal zona euro. Pertemuan puncak G-20 merupakan salah satu pertemuan ekonomi terbesar di dunia yang melibatkan negara-negara maju dan berkembang berpengaruh.
Ajang yang kali ini berlangsung Senin-Selasa (18-19 Juni 2012) tersebut rutin digelar untuk membahas permasalahan terkini dalam bidang ekonomi. Anggota G-20 mewakili 90 persen produk domestik bruto (PDB), 80 persen volume perdagangan dan dua per tiga populasi dunia. Pada KTT G-20 Bank Dunia, yang sebelumnya menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini menjadi hanya 2,5 persen, menyatakan bahwa negaranegara berkembang menghadapi periode panjang dari volatilitas di pasar keuangan serta perlambatan pertumbuhan.
Dalam draf komunike G-20 juga dijelaskan akan bertindak dalam memperkuat pemulihan dalam waktu tiga tahun. G-20 juga menegaskan negara-negara yang tidak berutang siap bertindak bersama guna memacu pertumbuhan jika perekonomian melemah di masa mendatang.
()