Tak semua bisa ikut Lebaran

Rabu, 04 Juli 2012 - 13:27 WIB
Tak semua bisa ikut Lebaran
Tak semua bisa ikut Lebaran
A A A
LEBARAN akan menjadi momentum untuk menaikan pendapatan operator seluler. Sayang, hanya dua emiten yang dinilai layak beli.

Setiap Lebaran datang, konsumsi masyarakat selalu meningkat tajam. Inilah yang dilihat banyak produsen untuk mendulang keuntungan besar, termasuk operator telekomunikasi. Seperti pada Lebaran tahun lalu, lalu lintas komunikasi meningkat tajam. Maklum, kebutuhan komunikasi masyarakat sekatrang sudah bisa difasilitasi dengan berbagai perangkat telepon seluler.

Atas pengalaman tahun lalu, sejumlah analis memperkirakan pendapatan operator telepon lebaran mendatang akan melonjak. Betul, saat ini bisnis telekomunikasi sudah mendekati titik jenuh dan persaingan pun sangat tajam. Namun, dengan volume percakapan yang meningkat pesat, pendapatan yang dikantongi para operator diyakini bakal lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Para analis optimis, saham-saham telekomunikasi akan rebound. Soalnya, dilihat dari sikulus tahunan, di kuartal III dan IV pendapatan emiten telekomunikasi biasanya meningkat tajam. Di kuartal III, pendapatan emiten telekomunikasi tertolong oleh libur panjang, puasa, dan idul fitri. “Kuartal IV biasanya lebih tinggi lagi karena promosi jor-joran yang dilakukan para operator,” kata Analis Equator Securities, Gina Novrina Nasution.

Yang menjadi pertanyaan, saham mana saja yang paling layak untuk dikoleksi? Saham Telkom (TLKM) berada di urutan pertama. Hingga kuartal I, TLKM berhasil mencatat kenaikan laba bersih 17,5 persen. Paling tingi dibandingkan pertumbuhan laba operator lainnya. Gina memprediksi, harga TLKM bakal terangkat lantaran laba bersihnya di kuartal II, III, dan IV bakal tinggi.

Pendapat serupa datang dari seorang analis Kresna Securities. “Buy untuk TLKM, katanya. Ia memperkirakan, hingga akhir tahun ini saham perushaan pelat merah ini berpeluang berbalik arah menuju level Rp 9.000. Pada pukul 10 tadi pagi Rabu (4/7/2012) saham telkom diperdagangkan di harga Rp 8.400 atau naik 0,60 persen.

Saran beli juga diberikan kepada saham PT Exelcomindo Pratama (EXCL). Di tengah persaingan yang semakin ketat, pada kuartal I-2012 EXCL masih mampu membukukan kenaikan laba bersih 11 persen. Di bursa, terakhir saham EXCL diperdagangkan dengan harga Rp 6.250. Sayangnya, harga EXCL dinilai sudah cukup tinggi sehingga peluang meraih gain sangat tipis.

Lantas, bagaimana dengan saham PT Indosat (ISAT) dan PT Bakrie Telecom (BTEL)? Ah, untuk kedua saham ini para analis tak memberikan rekomendasi beli. Seperti diketahui, hingga kuartal I, laba bersih ISAT anjlok hingga 96,5 persen. Sementara BTEL pada kuartal pertama tahun ini mencatat rugi Rp 355,62 miliar atau meningkat 764,67 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
(and)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7440 seconds (0.1#10.140)