Neraca perdagangan defisit USD1,55 M
Senin, 03 Desember 2012 - 11:33 WIB

Neraca perdagangan defisit USD1,55 M
A
A
A
Sindonews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat defisit pada neraca perdagangan bulan Oktober 2012. Disebutkan angkanya sebesar USD1,55 miliar.
"Defisit terjadi karena andil dari beberapa negara yang defisit perdagangannya besar adalah China, Jepang dan Australia kemudian Singapura," ucap Deputi Bidang Sosial Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/12/2012).
Sementara itu secara komulatif neraca perdagangan yang awalnya surplus berbalik defisit dengan catatan USD516,1 juta.
"Ya beginilah perdagangan, ada saatnya suprlus dan ada rugi seperti defisit sekarang," tegasnya.
Padahal, pada bulan sebelumnya, Indonesia berhasil mencatat surplus dalam neraca perdagangannya Agustus 2012. Ini terjadi setelah neraca perdagangan Indonesia selama tiga bulan berturut-turut menderita defisit yang cukup besar.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, nilai surplus Agustus 2012 sebesar USD248 juta, dengan ekspor sebesar USD14,12 miliar dan impor senilai USD13,87 miliar.
"Ini sebagai penyejuk angin segar, anginnya sepoi-sepoi kalau kita lihat tiga bulan terakhir," ujar Suryamin.
"Defisit terjadi karena andil dari beberapa negara yang defisit perdagangannya besar adalah China, Jepang dan Australia kemudian Singapura," ucap Deputi Bidang Sosial Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/12/2012).
Sementara itu secara komulatif neraca perdagangan yang awalnya surplus berbalik defisit dengan catatan USD516,1 juta.
"Ya beginilah perdagangan, ada saatnya suprlus dan ada rugi seperti defisit sekarang," tegasnya.
Padahal, pada bulan sebelumnya, Indonesia berhasil mencatat surplus dalam neraca perdagangannya Agustus 2012. Ini terjadi setelah neraca perdagangan Indonesia selama tiga bulan berturut-turut menderita defisit yang cukup besar.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, nilai surplus Agustus 2012 sebesar USD248 juta, dengan ekspor sebesar USD14,12 miliar dan impor senilai USD13,87 miliar.
"Ini sebagai penyejuk angin segar, anginnya sepoi-sepoi kalau kita lihat tiga bulan terakhir," ujar Suryamin.
(gpr)