Bangun hotel, Agung Podomoro rogoh kocek Rp945 M
A
A
A
Sindonews.com - Anak perusahaan Agung Podomoro Land, PT Tritunggal Lestari Makmur (TLM) membangun hotel bintang lima dan convention centre pusat Kota Bandung dengan investasi sekitar Rp945 miliar.
Bandung International Convention Centre (BICC) tersebut, dibangun di atas lahan seluas 18 ribu meter persegi (m2), bertempat di sekitar kawasan Gasibu, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan beserta Ketua DPRD Jabar, Irfan Suryanegara hadir melakukan prosesi peletakan batu pertama (ground breaking), Kamis (21/2/2013).
CEO PT Tritunggal Lestasi Makmur, F Teguh Satria mengatakan, di kawasan tersebut akan dibangun hotel bintang lima setinggi 14 lantai, dengan kapasitas 330 kamar. Serta convention centre yang mampu menampunh lima ribu orang lebih. Proses pembangunan diharapkan rampung selama 18 bulan kedepan.
"Pada 2014 diharapkan sudah bisa beroperasi. Pengelolaannya akan kami percayakan kepada group Acor dengan brand Pullman Hotel," kata teguh.
Nantinya, lanjut dia, hotel dan convention centre ini diharapkan bisa menjadi pusat kegiatan dan ikon baru di Kota Bandung. Pengembangan bisnis meeting, intencives, conferences, and exibition (Mice) masih berpotensi tumbuh besar di Kota Bandung. Terlebih, kawasan ini menjadi tujuan wisatawan domestik dan mancanegara.
Menyasar segmen midle up, PT TLM optimistis menggarap pangsa pasar hotel dengan okupansi sampai 70 persen. Dia menyebutkan, perusahannya menginvestasikan dana sekitar Rp945 miliar untuk bangunan. Sementara lahan merupakan milik Pemprov Jabar. PT TLM bekerja sama dengan Pemprov Jabar menggunakan mekanisme build operate and transfer (BOT) selama 30 tahun.
Setelah penggunaan 30 tahun, PT TLM akan menyerahkan aset tersebut kepada pemerintah Provinsi Jabar. "Selain itu, kami pun memberikan bagi hasil keuntungan senilai total Rp61,6 miliar selama 30 tahun berjalan," jelasnya.
Ketika disinggung soal lahan yang selama ini di beritakan masih menjadi sengketa, Teguh menegaskan, pembangunan hotel dan convention centre merupakan lanjutan dari rencana pada 1997. Pada periode tersebut, pembangunan hotel dan convestion centre telah mendapat izin mendirikan bangunan (IMB).
Pembangunan pada 1997 sempat terhenti akibat krisis ekonomi pada masa itu. "IMB telah ada sejak 1997. Artinya, tidak ada sengketa lahan," pungkas dia.
Ahmad Heryawan mengatakan, berdirinya BICC diharapkan menjadi ikon baru pariwisata Jabar. Pembangunannya yang terletak di kawasan Gedung Sate diharapkan menjadi daya tarik Jabar. Apalagi, arsitektur BICC dibuat mirip dengan arsitektur Gedung Sate.
"BICC juga mmeberi pemasukan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) senilai Rp61,6 miliar. Setelah 30 tahun dikelola PT TLM, bangunan tersebut akan diserahkan kepada Pemprov Jabar," pungkas dia.
Bandung International Convention Centre (BICC) tersebut, dibangun di atas lahan seluas 18 ribu meter persegi (m2), bertempat di sekitar kawasan Gasibu, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan beserta Ketua DPRD Jabar, Irfan Suryanegara hadir melakukan prosesi peletakan batu pertama (ground breaking), Kamis (21/2/2013).
CEO PT Tritunggal Lestasi Makmur, F Teguh Satria mengatakan, di kawasan tersebut akan dibangun hotel bintang lima setinggi 14 lantai, dengan kapasitas 330 kamar. Serta convention centre yang mampu menampunh lima ribu orang lebih. Proses pembangunan diharapkan rampung selama 18 bulan kedepan.
"Pada 2014 diharapkan sudah bisa beroperasi. Pengelolaannya akan kami percayakan kepada group Acor dengan brand Pullman Hotel," kata teguh.
Nantinya, lanjut dia, hotel dan convention centre ini diharapkan bisa menjadi pusat kegiatan dan ikon baru di Kota Bandung. Pengembangan bisnis meeting, intencives, conferences, and exibition (Mice) masih berpotensi tumbuh besar di Kota Bandung. Terlebih, kawasan ini menjadi tujuan wisatawan domestik dan mancanegara.
Menyasar segmen midle up, PT TLM optimistis menggarap pangsa pasar hotel dengan okupansi sampai 70 persen. Dia menyebutkan, perusahannya menginvestasikan dana sekitar Rp945 miliar untuk bangunan. Sementara lahan merupakan milik Pemprov Jabar. PT TLM bekerja sama dengan Pemprov Jabar menggunakan mekanisme build operate and transfer (BOT) selama 30 tahun.
Setelah penggunaan 30 tahun, PT TLM akan menyerahkan aset tersebut kepada pemerintah Provinsi Jabar. "Selain itu, kami pun memberikan bagi hasil keuntungan senilai total Rp61,6 miliar selama 30 tahun berjalan," jelasnya.
Ketika disinggung soal lahan yang selama ini di beritakan masih menjadi sengketa, Teguh menegaskan, pembangunan hotel dan convention centre merupakan lanjutan dari rencana pada 1997. Pada periode tersebut, pembangunan hotel dan convestion centre telah mendapat izin mendirikan bangunan (IMB).
Pembangunan pada 1997 sempat terhenti akibat krisis ekonomi pada masa itu. "IMB telah ada sejak 1997. Artinya, tidak ada sengketa lahan," pungkas dia.
Ahmad Heryawan mengatakan, berdirinya BICC diharapkan menjadi ikon baru pariwisata Jabar. Pembangunannya yang terletak di kawasan Gedung Sate diharapkan menjadi daya tarik Jabar. Apalagi, arsitektur BICC dibuat mirip dengan arsitektur Gedung Sate.
"BICC juga mmeberi pemasukan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) senilai Rp61,6 miliar. Setelah 30 tahun dikelola PT TLM, bangunan tersebut akan diserahkan kepada Pemprov Jabar," pungkas dia.
(izz)