Tekan inflasi, batasan impor hortikultura dikaji ulang
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah akan mengkaji ulang kebijakan pembatasan impor hortikultura sesuai dengan supply and demand, menyusul melambungnya tingkat inflasi Februari tahun ini (0,75 persen), yang diduga terkait dengan ketentuan pembatasan impor hortikultura.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, pengkajian ulang terhadap batasan impor hortikultura itu dengan tujuan agar tidak menekan inflasi. Pasalnya, beberapa produk hortikultura saat ini terindikasi memberikan peranan yang signifikan sebagai pendorong inflasi, seperti bawang putih.
“Kita larang impor bawang putih, padahal produksi bawang putih di dalam negeri hanya sebesar 5 persen. Kalau bawang putih disumbat maka harga naik dan akan menghambat daya beli masyarakat, karena kita ini produsen bawan merah bukan bawang putih,” kata Hatta di kantornya, Jakarta, Selasa (5/3/2013).
Dia menyebutkan, pada Februari lalu kontribusi bawang putih terhadap inflasi tercatat sebesar 16 persen, jauh di atas kondisi normal akibat minimnya suplai.
Mengenai bawang merah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan Indonesia adalah petani bawang merah. Jika impor dilakukan, menurutnya itu adalah sesuatu hal yang kelewatan.
Hatta menyatakan bawang merah adalah komoditi yang tidak layak untuk diimpor. Apalagi mengingat komposisi petani dan produksi yang mencukupi kebutuhan konsumsi. "Kalau bawang merah mau diimpor kan kelewatan betul orang kita banyak," ujarnya.
Dia menegaskan, kondisi produksi bawang merah dan bawang putih sangat berbeda. Bawang putih menurutnya mencatatkan produksi yang rendah. "Petani kita itu petani bawang merah bukan putih," pungkasnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, pengkajian ulang terhadap batasan impor hortikultura itu dengan tujuan agar tidak menekan inflasi. Pasalnya, beberapa produk hortikultura saat ini terindikasi memberikan peranan yang signifikan sebagai pendorong inflasi, seperti bawang putih.
“Kita larang impor bawang putih, padahal produksi bawang putih di dalam negeri hanya sebesar 5 persen. Kalau bawang putih disumbat maka harga naik dan akan menghambat daya beli masyarakat, karena kita ini produsen bawan merah bukan bawang putih,” kata Hatta di kantornya, Jakarta, Selasa (5/3/2013).
Dia menyebutkan, pada Februari lalu kontribusi bawang putih terhadap inflasi tercatat sebesar 16 persen, jauh di atas kondisi normal akibat minimnya suplai.
Mengenai bawang merah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan Indonesia adalah petani bawang merah. Jika impor dilakukan, menurutnya itu adalah sesuatu hal yang kelewatan.
Hatta menyatakan bawang merah adalah komoditi yang tidak layak untuk diimpor. Apalagi mengingat komposisi petani dan produksi yang mencukupi kebutuhan konsumsi. "Kalau bawang merah mau diimpor kan kelewatan betul orang kita banyak," ujarnya.
Dia menegaskan, kondisi produksi bawang merah dan bawang putih sangat berbeda. Bawang putih menurutnya mencatatkan produksi yang rendah. "Petani kita itu petani bawang merah bukan putih," pungkasnya.
(gpr)