Hatta berharap RI tak terjebak dalam middle income trap

Selasa, 28 Mei 2013 - 15:14 WIB
Hatta berharap RI tak...
Hatta berharap RI tak terjebak dalam middle income trap
A A A
Sindonews.com - Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menyebutkan, rasio utang Indonesia saat ini berhasil diturunkan menjadi 23 persen dari GDP. Sebab, sebelumnya rasio utang Indonesia masih 98 persen.

"Rasio utang 98 persen dari GDP. Maksudnya pendapatan Rp1 juta, 98 persennya untuk bayar utang. Sekarang pendapatan Rp1 juta, 23 persen bayar utang. GDP kita terhadap rasio utang terus menurun. Kelola utang baik. Walaupun nominal tinggi saya akui, tapi bisa mendorong infrastruktur," ujarnya dalam Seminar MP3EI di Kampus UI Depok, Selasa (28/5/2013).

Karena itu, pemerintah terus mendorong pembangunan ekonomi kelas menengah. Dari hanya 37,7 persen pada 2004, saat ini mencapai 56,6 persen pada 2012.

"Consuming kelas menengah ini meningkat. Membuat Indonesia jadi incaran investasi. Kelas menengah meningkat. Kekuatan 16 besar ekonomi dunia dan dihargai dunia. Menjadi kekuatan ekonomi besar di Asia," ungkapnya.

Namun, dia menegaskan bahwa Indonesia belum berada di zona aman agar tidak terjebak dalam middle income trap. Jika tidak, Indonesia tidak akan bisa bangkit dan menjadi bangsa unggul bersaing dengan negara maju.

"Kita harus kerja keras, agar Indonesia tak terjebak dalam middle income trap. Hanya 13 negara yang akan bertahan. Indonesia tak boleh masuk ke perangkap itu. Tak bangkit bersaing dengan kelas dunia," jelasnya.

Hal tersebut, kata dia, menjadi tantangan yang harus dihadapi. Apalagi, krisis ekonomi global masih menghantui dunia yang bergerak dengan kecepata tinggi ke Asia. "Indonesia berada di pusaran ekonomi yang cepat harus didorong dengan science dan teknologi," tegasnya.

Sebab, lanjut Hatta, banyak negara maju seperti Eropa dan Jepang akan mengalami penuaan (aging). Sementara Indonesia pada 2030-2040 akan mengalami pertumbuhan penduduk dalam usia produktif.

"Negara-negara maju alami aging. Separuhnya mengalami penuaan. Menjadi manusia yang unggul. Atau kita tak bisa membawa manusia tersebut jadi masyarakat yang unggul, atau saya sebut the knowldege society," tutupnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0821 seconds (0.1#10.140)