Minyak di Asia melemah akibat profit taking
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini menurun, karena investor mengambil keuntungan (profit taking) setelah terjadi reli pada pekan lalu. Menurut Analis, hal tersebut dipicu kekhawatiran meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, turun 19 sen menjadi USD97,66 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 10 sen menjadi USD105,83 pada perdagangan pagi.
"Pasar dekat dengan level resistance setelah kenaikan pekan lalu, dan perasaan dorongan utama pekan ini akan turun," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Senin (17/6/2013).
"Kelemahan impulse dapat memicu lebih dari build-up persediaan minyak mentah AS atau data lemah ekonomi Amerika dan Jepang," jelasnya.
Menurut McCarthy, ketidakpastian mengenai apakah Federal Reserve AS (Fed) akan melanjutkan program stimulus moneter juga turut membebani harga.
Komite Pasar Terbuka Federal, yang menetapkan patokan suku bunga dolar AS, akan bertemu pada Selasa dan Rabu, di mana investor mengharapkan kejelasan tentang apakah suku bunga jangka panjang melalui program pembelian obligasi USD85 miliar bulanan akan bertahan.
Sementara itu, investor terus mencermati situasi di Timur Tengah. Harga telah melonjak pada akhir perdagangan Jumat (14/6/2013), setelah para pejabat AS mengatakan mereka memiliki bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan dukungan pemimpin Suriah Bashar al-Assad, dan mengisyaratkan Washington akan mulai mempersenjatai oposisi.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin, berbicara pada malam pertemuan puncak G8 di Irlandia Utara, memperingatkan untuk melawan pemberontak Suriah yang dipersenjatai serta bersikeras Moskow telah mematuhi aturan dan norma saat memberikan senjata terhadap rezim Suriah.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, turun 19 sen menjadi USD97,66 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 10 sen menjadi USD105,83 pada perdagangan pagi.
"Pasar dekat dengan level resistance setelah kenaikan pekan lalu, dan perasaan dorongan utama pekan ini akan turun," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Senin (17/6/2013).
"Kelemahan impulse dapat memicu lebih dari build-up persediaan minyak mentah AS atau data lemah ekonomi Amerika dan Jepang," jelasnya.
Menurut McCarthy, ketidakpastian mengenai apakah Federal Reserve AS (Fed) akan melanjutkan program stimulus moneter juga turut membebani harga.
Komite Pasar Terbuka Federal, yang menetapkan patokan suku bunga dolar AS, akan bertemu pada Selasa dan Rabu, di mana investor mengharapkan kejelasan tentang apakah suku bunga jangka panjang melalui program pembelian obligasi USD85 miliar bulanan akan bertahan.
Sementara itu, investor terus mencermati situasi di Timur Tengah. Harga telah melonjak pada akhir perdagangan Jumat (14/6/2013), setelah para pejabat AS mengatakan mereka memiliki bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan dukungan pemimpin Suriah Bashar al-Assad, dan mengisyaratkan Washington akan mulai mempersenjatai oposisi.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin, berbicara pada malam pertemuan puncak G8 di Irlandia Utara, memperingatkan untuk melawan pemberontak Suriah yang dipersenjatai serta bersikeras Moskow telah mematuhi aturan dan norma saat memberikan senjata terhadap rezim Suriah.
(dmd)