Depok gandeng UKM Gunung Kidul
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kota Depok bersama kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) dari Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta bekerja sama untuk menciptakan produk baru di bidang kuliner. Hal itu seiring program yang digencarkan Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail, yakni Sehari Tanpa Nasi (One Day No Rice) yang dilaksanakan setiap hari Selasa.
Nur Mahmudi mengatakan bahwa kelompok UKM Gunung Kidul telah mendapat bimbingan teknologi pertanian di Yogyakarta, yakni membuat menu mi alternatif untuk menghindari ketergantungan kepada terigu.
"Karena untuk membuat terigu semua bahannya dari impor, kita harus ciptakan produk baru non terigu, kurangi konsumsi terigu mulai sekarang," ujarnya kepada wartawan di Depok, Sabtu (29/6/2013).
Rumusan awal yang mereka tawarkan, kata dia, yakni 60 persen terigu dan 40 persen tepung singkong atau tepung mocaf. Produk mi, menurut dia, tak harus tergantung pada terigu.
"Kami menyarankan agar komposisinya direkayasa lagi. Akhirnya menemukan angka 50 persen pakai tepung mocaf, lalu 50 persen tepung tapioka karena sifat-sifat kimia mocaf dilahirkan dengan tapioka masih bisa diterima," kata Nur Mahmudi.
Komposisi tersebut, kata dia, akan menghasilkan tekstur yang baik dan elastisitas yang lentur menyerupai mi. Sebab dari sisi kesehatan, terigu merupakan komponen karbohidrat yang mudah diubah menjadi gula dan memicu obesitas.
"Glikemik indeksnya terlalu tinggi, mudah diubah ke dalam gula darah karena itu harus dikurangi, memiliki dampak diabetes lebih cepat," paparnya.
Soal rasa, kata dia, perlu dimodifikasi dengan bahan tambahan, seperti telur. Produk tersebut diyakini akan segera dijual pertama kalinya di Kantin Balai Kota Depok dengan pangsa pasar utama para PNS Depok.
"Diharapkan Depok akan segera secepatnya uji coba di kantin, katering, pengusaha mi akan kita perkenalkan. Kita pasarkan lebih konsisten. Sebentar lagi," tutupnya.
Nur Mahmudi mengatakan bahwa kelompok UKM Gunung Kidul telah mendapat bimbingan teknologi pertanian di Yogyakarta, yakni membuat menu mi alternatif untuk menghindari ketergantungan kepada terigu.
"Karena untuk membuat terigu semua bahannya dari impor, kita harus ciptakan produk baru non terigu, kurangi konsumsi terigu mulai sekarang," ujarnya kepada wartawan di Depok, Sabtu (29/6/2013).
Rumusan awal yang mereka tawarkan, kata dia, yakni 60 persen terigu dan 40 persen tepung singkong atau tepung mocaf. Produk mi, menurut dia, tak harus tergantung pada terigu.
"Kami menyarankan agar komposisinya direkayasa lagi. Akhirnya menemukan angka 50 persen pakai tepung mocaf, lalu 50 persen tepung tapioka karena sifat-sifat kimia mocaf dilahirkan dengan tapioka masih bisa diterima," kata Nur Mahmudi.
Komposisi tersebut, kata dia, akan menghasilkan tekstur yang baik dan elastisitas yang lentur menyerupai mi. Sebab dari sisi kesehatan, terigu merupakan komponen karbohidrat yang mudah diubah menjadi gula dan memicu obesitas.
"Glikemik indeksnya terlalu tinggi, mudah diubah ke dalam gula darah karena itu harus dikurangi, memiliki dampak diabetes lebih cepat," paparnya.
Soal rasa, kata dia, perlu dimodifikasi dengan bahan tambahan, seperti telur. Produk tersebut diyakini akan segera dijual pertama kalinya di Kantin Balai Kota Depok dengan pangsa pasar utama para PNS Depok.
"Diharapkan Depok akan segera secepatnya uji coba di kantin, katering, pengusaha mi akan kita perkenalkan. Kita pasarkan lebih konsisten. Sebentar lagi," tutupnya.
(rna)