Pemerintah ingin gunakan usulan proyeksi Bank Dunia
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Indonesia menyambut baik usulan-usulan yang diajukan oleh Bank Dunia yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,2 persen menjadi 5,9 persen sebagaimana tercantum dalam laporan triwulanan Bank Dunia edisi Maret 2013.
“Seperti yang disebut laporan ini, saya setuju bahwa pelambatan ekonomi global akan terus terjadi tahun ini. Pertumbuhan pesat pra 2008-2009 tidak bisa terus terjadi karena dulu ditopang oleh sumberdaya yang tidak berkelanjutan,” kata Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, saat menerima laporan dari Bank Dunia di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Dalam laporan yang diserahkan oleh Lead Economist & Economic Adviser Bank Dunia Indonesia, Ndiame Diop dan diunggah dalam akun twitter @BankDunia beberapa saat yang lalu itu disebutkan, bahwa kuartal kedua 2013 merupakan kuartal yang penting bagi Indonesia dengan penyesuaian ekonomi, penetapan kebijakan dan pasar keuangan terhadap tekanan-tekanan yang mulai mendesak selama beberapa kuartal terakhir dan pergeseran dalam lingkungan dunia.
“Peningkatan harga BBM bersubsidi yang cukup besar merupakan suatu reformasi yang besar. Dalam jangka pendek, reformasi itu membantu membatasi peningkatan defisit dalam APBN 2013. Sementara pada jangka waktu yang lebih panjang, reformasi itu menjadi bagian dari tanggapan yang dibutuhkan dalam penyesuaian yang terus berlangsung di dalam ekonomi Indonesia,” tulis laporan Bank Dunia.
Sebelumnya diberitakan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 akan mencapai 5,9 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,2 persen.
Hal tersebut mencerminkan perlambatan pertumbuhan permintaan dalam negeri dan berlanjutnya tekanan terhadap harga-harga komoditas dan penerimaan ekspor.
"Menjaga kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang fleksibel tetapi dapat diprediksi dan dikomunikasikan dengan baik akan membantu Indonesia melalui masa yang penuh ketidakpastian ini," kata Ekonom Bank Dunia, Ndiame Diop.
Menurutnya, pelemahan harga-harga komoditas dunia yang terus berlanjut akan membebani prospek ekonomi Indonesia, dengan besarnya peran mereka terhadap penerimaan dalam valuta asing, keuntungan dunia usaha, dan kegiatan investasi.
“Seperti yang disebut laporan ini, saya setuju bahwa pelambatan ekonomi global akan terus terjadi tahun ini. Pertumbuhan pesat pra 2008-2009 tidak bisa terus terjadi karena dulu ditopang oleh sumberdaya yang tidak berkelanjutan,” kata Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, saat menerima laporan dari Bank Dunia di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Dalam laporan yang diserahkan oleh Lead Economist & Economic Adviser Bank Dunia Indonesia, Ndiame Diop dan diunggah dalam akun twitter @BankDunia beberapa saat yang lalu itu disebutkan, bahwa kuartal kedua 2013 merupakan kuartal yang penting bagi Indonesia dengan penyesuaian ekonomi, penetapan kebijakan dan pasar keuangan terhadap tekanan-tekanan yang mulai mendesak selama beberapa kuartal terakhir dan pergeseran dalam lingkungan dunia.
“Peningkatan harga BBM bersubsidi yang cukup besar merupakan suatu reformasi yang besar. Dalam jangka pendek, reformasi itu membantu membatasi peningkatan defisit dalam APBN 2013. Sementara pada jangka waktu yang lebih panjang, reformasi itu menjadi bagian dari tanggapan yang dibutuhkan dalam penyesuaian yang terus berlangsung di dalam ekonomi Indonesia,” tulis laporan Bank Dunia.
Sebelumnya diberitakan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 akan mencapai 5,9 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,2 persen.
Hal tersebut mencerminkan perlambatan pertumbuhan permintaan dalam negeri dan berlanjutnya tekanan terhadap harga-harga komoditas dan penerimaan ekspor.
"Menjaga kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang fleksibel tetapi dapat diprediksi dan dikomunikasikan dengan baik akan membantu Indonesia melalui masa yang penuh ketidakpastian ini," kata Ekonom Bank Dunia, Ndiame Diop.
Menurutnya, pelemahan harga-harga komoditas dunia yang terus berlanjut akan membebani prospek ekonomi Indonesia, dengan besarnya peran mereka terhadap penerimaan dalam valuta asing, keuntungan dunia usaha, dan kegiatan investasi.
(gpr)