Indonesia harus waspadai tekanan ekonomi baru
A
A
A
Sindonews.com - Lead Economist & Economic Adviser, Bank Dunia Indonesia, Ndiame Diop mengatakan, Indonesia telah merespon dengan baik beberapa tekanan ekonomi tapi harus tetap waspada karena ada risiko tekanan-tekanan baru.
Menurut Ndiame, sumber-sumber tekanan yang harus diwaspadai saat ini adalah, sedikit menurunnya pertumbuhan permintaan domestik, kenaikan inflasi sementara, masih lemahnya perrmintaan eksternal dan masih rendahnya harga komoditas, tekanan tinggi untuk menjual di pasar modal domestik dan internasional.
Ndiame juga mengakui bahwa Bank Indonesia telah merespon dengan baik tekanan-tekanan tersebut. Ia menilai pernyataan BI yang siap untuk merespon di masa depan adalah langkah yang baik.
“Dibanding negara-negara berkembang lain dan negara-negara yang bergantung pada komoditas, rupiah tidak terlalu melemah terhadap mata uang dolar AS,” puji Ndiame di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Menurut Ndiame, Bank Dunia merekomendasikan beberapa tindakan yang perlu diperhatikan Indonesia, yaitu merespon terhadap pertumbuhan permintaan domestik yang melambat, mengurangi kerentanan fiskal terhadap rupiah, dan melanjutkan ketahanan makro ekonomi.
Menurut Ndiame, sumber-sumber tekanan yang harus diwaspadai saat ini adalah, sedikit menurunnya pertumbuhan permintaan domestik, kenaikan inflasi sementara, masih lemahnya perrmintaan eksternal dan masih rendahnya harga komoditas, tekanan tinggi untuk menjual di pasar modal domestik dan internasional.
Ndiame juga mengakui bahwa Bank Indonesia telah merespon dengan baik tekanan-tekanan tersebut. Ia menilai pernyataan BI yang siap untuk merespon di masa depan adalah langkah yang baik.
“Dibanding negara-negara berkembang lain dan negara-negara yang bergantung pada komoditas, rupiah tidak terlalu melemah terhadap mata uang dolar AS,” puji Ndiame di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Menurut Ndiame, Bank Dunia merekomendasikan beberapa tindakan yang perlu diperhatikan Indonesia, yaitu merespon terhadap pertumbuhan permintaan domestik yang melambat, mengurangi kerentanan fiskal terhadap rupiah, dan melanjutkan ketahanan makro ekonomi.
(gpr)