Cegah defisit, Kemendag terapkan metode baru ekspor
A
A
A
Sindonews.com - Untuk meminimalisir defisit neraca perdagangan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menerapkan metode baru dalam urusan ekspor-impor barang.
Metode ini dinamakan Cost, Insurance, and Freight (CIF). Di mana pada masa lalu Indonesia pernah menggunakan sistem Freight On Board (FOB). Selama ini jasa ekspor dari Indonesia diurus importir, karena pembayaran jasa pengiriman ekspor ditanggung negara importir.
Sehingga, devisa jasa-jasa sejenis tersebut jatuh ke tangan negara importir. Karena itu, penerapan CIF pada Agustus ini dinilai Menteri Perdagangan Gita Wirjawan akan memberikan surplus sebesar USD5 sampai USD10 miliar. Karena importir akan menanggung jasa sejenis yang diurus Indonesia.
"Dari sisi net perdagangan ini bisa menghapus gambaran defisit, kalau neraca perdagangan lebih baik tentu akan sangat membantu," ujar Gita di gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis (25/7/2013).
Dia menuturkan, seluruh pihak mendukung usaha perubahan metode untuk meminimalisir defisit neraca perdagangan tersebut.
"Semua mendukung, dari BI, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia juga mendukung," kata Gita.
Senada dengan Gita, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa juga mendukung rencana tersebut. Dia bahkan meminta Menteri Perhubungan (EE Mangindaan) menyiapkan kapal-kapal berbendera Indonesia untuk mengangkut komoditas ekspor dari Indonesia.
"Itu secara statistik dapat mengurangi current account deficit kita. Itu kan (dari FOB ke CIF) selisihnya sekitar 8 persen. Jadi kalau ekspor kita sekitar USD200 miliar, 8 persen berarti selisihnya bisa mencapai sekitar USD16 miliar," ujar Hatta dalam kesempatan yang sama.
Metode ini dinamakan Cost, Insurance, and Freight (CIF). Di mana pada masa lalu Indonesia pernah menggunakan sistem Freight On Board (FOB). Selama ini jasa ekspor dari Indonesia diurus importir, karena pembayaran jasa pengiriman ekspor ditanggung negara importir.
Sehingga, devisa jasa-jasa sejenis tersebut jatuh ke tangan negara importir. Karena itu, penerapan CIF pada Agustus ini dinilai Menteri Perdagangan Gita Wirjawan akan memberikan surplus sebesar USD5 sampai USD10 miliar. Karena importir akan menanggung jasa sejenis yang diurus Indonesia.
"Dari sisi net perdagangan ini bisa menghapus gambaran defisit, kalau neraca perdagangan lebih baik tentu akan sangat membantu," ujar Gita di gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis (25/7/2013).
Dia menuturkan, seluruh pihak mendukung usaha perubahan metode untuk meminimalisir defisit neraca perdagangan tersebut.
"Semua mendukung, dari BI, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia juga mendukung," kata Gita.
Senada dengan Gita, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa juga mendukung rencana tersebut. Dia bahkan meminta Menteri Perhubungan (EE Mangindaan) menyiapkan kapal-kapal berbendera Indonesia untuk mengangkut komoditas ekspor dari Indonesia.
"Itu secara statistik dapat mengurangi current account deficit kita. Itu kan (dari FOB ke CIF) selisihnya sekitar 8 persen. Jadi kalau ekspor kita sekitar USD200 miliar, 8 persen berarti selisihnya bisa mencapai sekitar USD16 miliar," ujar Hatta dalam kesempatan yang sama.
(izz)