Harga minyak di Asia kembali menguat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini kembali naik, setelah mengalami penurunan pada pagi, didukung kekhawatiran gejolak berdarah di Mesir yang menewaskan hampir 600 orang.
Investor mengamati dengan seksama apakah kerusuhan terbaru di Mesir akan meningkat dan mempengaruhi stabilitas di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak atau politik stabil.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 16 sen menjadi USD107,49 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober naik 20 sen menjadi USD109,80 per barel.
"Harga minyak berada pada kekhawatiran bahwa meningkatnya kekerasan di Mesir dapat mempengaruhi pengiriman minyak di sepanjang Terusan Suez atau menyebar di seluruh Timur Tengah. Di mana persediaan sudah menghadapi gangguan," kata Lee Chen Hoay, analis investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Jumat (16/8/2013).
Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Markets, Sydney, menyebutkan, harga minyak sudah termasuk "premi risiko" karena investor terbiasa dengan ancaman konstan dari gangguan pasokan Timur Tengah.
"Mesir jelas memiliki dampak pada harga, tetapi kenyataannya adalah pembicaraan gangguan pasokan Timur Tengah telah konstan hampir menjadi latar belakang kebisingan bagi investor," tambahnya.
Seperti diketahui, Partai Islamis di Mesir telah menyerukan "Jumat kemarahan" nasional setelah korban tewas dari pendukung presiden terguling Mohamed Morsi bertambah menjadi 578 orang. Itu menjadi hari paling berdarah di negara tersebut dalam beberapa dekade.
Pedagang khawatir bahwa kerusuhan bisa memukul pengiriman minyak mentah melalui Terusan Suez dan Sumed Pipeline (pipa), sebagai jalur pengiriman antara Eropa dan produsen minyak di Teluk.
Meskipun Mesir bukan produsen minyak utama, Terusan Suez membawa sekitar 2,5 juta barel per hari, atau sekitar 2,7 persen pasokan global.
Investor mengamati dengan seksama apakah kerusuhan terbaru di Mesir akan meningkat dan mempengaruhi stabilitas di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak atau politik stabil.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 16 sen menjadi USD107,49 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober naik 20 sen menjadi USD109,80 per barel.
"Harga minyak berada pada kekhawatiran bahwa meningkatnya kekerasan di Mesir dapat mempengaruhi pengiriman minyak di sepanjang Terusan Suez atau menyebar di seluruh Timur Tengah. Di mana persediaan sudah menghadapi gangguan," kata Lee Chen Hoay, analis investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Jumat (16/8/2013).
Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Markets, Sydney, menyebutkan, harga minyak sudah termasuk "premi risiko" karena investor terbiasa dengan ancaman konstan dari gangguan pasokan Timur Tengah.
"Mesir jelas memiliki dampak pada harga, tetapi kenyataannya adalah pembicaraan gangguan pasokan Timur Tengah telah konstan hampir menjadi latar belakang kebisingan bagi investor," tambahnya.
Seperti diketahui, Partai Islamis di Mesir telah menyerukan "Jumat kemarahan" nasional setelah korban tewas dari pendukung presiden terguling Mohamed Morsi bertambah menjadi 578 orang. Itu menjadi hari paling berdarah di negara tersebut dalam beberapa dekade.
Pedagang khawatir bahwa kerusuhan bisa memukul pengiriman minyak mentah melalui Terusan Suez dan Sumed Pipeline (pipa), sebagai jalur pengiriman antara Eropa dan produsen minyak di Teluk.
Meskipun Mesir bukan produsen minyak utama, Terusan Suez membawa sekitar 2,5 juta barel per hari, atau sekitar 2,7 persen pasokan global.
(dmd)