Kebijakan biodisel harus direspon dunia usaha
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan, kebijakan peningkatan kandungan biodiesel sebesar 10 persen dalam bahan bakar solar adalah momentum bagus bagi dunia perkebunan.
Rusman juga meminta dunia usaha untuk merespon kebijakan pemerintah ini dengan berinovasi agar ke depannya bahan bakar minyak (BBM) dapat dikompensasi dengan bahan bakar nabati (BBN).
"Pemerintah memberikan sinyal bahwa akan mengurangi impor BBM. Ini momentum baik untuk mencari inovasi kompensasi BBM dengan energi alternatif terutama BBN," sambungnya.
Selain itu, Rusman berharap para pengekspor bisa mengembangkan biodiesel yang dapat memenuhi pasar domestik dan juga didukung oleh pemerintah.
"Tanpa dukungan pemerintah, orang (pengusaha) sukanya mengekspor," tambah Rusman.
Dia memberitahu bahwa Kementerian Pertanian fokus mengembangkan hilirisasi sektor primer perkebunan terutama ketika pemerintah mendorong peningkatan produk primer perkebunan.
"Ini sama saja peluang mata rantai baru produk untuk ciptakan nilai tambah, lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan," kata Rusman.
Rusman menjelaskan, masyarakat selama ini belum mengetahui produk dari komoditas perkebunan. Misal minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dimana masyarakat hanya mengetahui minyak goreng sebagai produk derivatif dari CPO.
"Kita cuma tahu paling minyak goreng dan mentega tapi belum tahu produk turunannya padahal ada ratusan produk derivatif dari CPO," pungkasnya.
Rusman juga meminta dunia usaha untuk merespon kebijakan pemerintah ini dengan berinovasi agar ke depannya bahan bakar minyak (BBM) dapat dikompensasi dengan bahan bakar nabati (BBN).
"Pemerintah memberikan sinyal bahwa akan mengurangi impor BBM. Ini momentum baik untuk mencari inovasi kompensasi BBM dengan energi alternatif terutama BBN," sambungnya.
Selain itu, Rusman berharap para pengekspor bisa mengembangkan biodiesel yang dapat memenuhi pasar domestik dan juga didukung oleh pemerintah.
"Tanpa dukungan pemerintah, orang (pengusaha) sukanya mengekspor," tambah Rusman.
Dia memberitahu bahwa Kementerian Pertanian fokus mengembangkan hilirisasi sektor primer perkebunan terutama ketika pemerintah mendorong peningkatan produk primer perkebunan.
"Ini sama saja peluang mata rantai baru produk untuk ciptakan nilai tambah, lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan," kata Rusman.
Rusman menjelaskan, masyarakat selama ini belum mengetahui produk dari komoditas perkebunan. Misal minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dimana masyarakat hanya mengetahui minyak goreng sebagai produk derivatif dari CPO.
"Kita cuma tahu paling minyak goreng dan mentega tapi belum tahu produk turunannya padahal ada ratusan produk derivatif dari CPO," pungkasnya.
(rna)