Harga minyak di Asia lebih tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini lebih kuat, karena Presiden AS Barack Obama membersihkan rintangan legislatif pertama dalam upaya memenangkan dukungan kongres untuk serangan militer terhadap Suriah.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 31 sen menjadi USD107,54 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, naik 23 sen menjadi USD115,14 per berel.
Kenaikan terjadi setelah Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mendukung persetujuan perubahan pemogokan otorisasi resolusi di Suriah, meskipun dengan batas waktu 90 hari dan pembatasan penggunaan pasukan darat untuk keperluan tempur.
Obama bertemu dengan para pemimpin dunia di Rusia, Kamis (5/9/2013), ketika berusaha menjembatani perpecahan mendalam atas dorongan aksi yang dipicu dugaan serangan senjata kimia di pinggiran Damaskus.
Teoh Say Hwa, kepala investasi Phillip Futures, Singapura mengatakan, ekspresi awal dukungan dari Kongres telah meningkatkan kemungkinan aksi militer. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kerusuhan bisa menyebar di wilayah Timur Tengah, yang menyumbang sepertiga minyak mentah dunia. "Ini bisa mengganggu pasokan minyak," ujarnya, seperti dilansir dari AFP.
Sementara Chua Hak Bin, ekonom Asia Tenggara dari Bank of America Merrill Lynch, Singapura mengemukakan harga minyak yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
"Lonjakan harga minyak datang pada waktu yang sangat buruk, ketika beberapa negara Asia, terutama India dan Indonesia sudah menghadapi tekanan dari inflasi yang tinggi, subsidi BBM yang besar dan pelebaran defisit perdagangan minyak," tandasnya.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 31 sen menjadi USD107,54 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, naik 23 sen menjadi USD115,14 per berel.
Kenaikan terjadi setelah Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mendukung persetujuan perubahan pemogokan otorisasi resolusi di Suriah, meskipun dengan batas waktu 90 hari dan pembatasan penggunaan pasukan darat untuk keperluan tempur.
Obama bertemu dengan para pemimpin dunia di Rusia, Kamis (5/9/2013), ketika berusaha menjembatani perpecahan mendalam atas dorongan aksi yang dipicu dugaan serangan senjata kimia di pinggiran Damaskus.
Teoh Say Hwa, kepala investasi Phillip Futures, Singapura mengatakan, ekspresi awal dukungan dari Kongres telah meningkatkan kemungkinan aksi militer. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kerusuhan bisa menyebar di wilayah Timur Tengah, yang menyumbang sepertiga minyak mentah dunia. "Ini bisa mengganggu pasokan minyak," ujarnya, seperti dilansir dari AFP.
Sementara Chua Hak Bin, ekonom Asia Tenggara dari Bank of America Merrill Lynch, Singapura mengemukakan harga minyak yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
"Lonjakan harga minyak datang pada waktu yang sangat buruk, ketika beberapa negara Asia, terutama India dan Indonesia sudah menghadapi tekanan dari inflasi yang tinggi, subsidi BBM yang besar dan pelebaran defisit perdagangan minyak," tandasnya.
(dmd)