Hatta: Kalau LCGC pakai premium, kudeta hati namanya
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyebut apabila dua Low Cost Green Car (LCGC) Toyota Alya dan Daihatsu Agya masih menggunakan bahan bakar premium, maka sama saja bohong.
Bahkan, Hatta berkelakar layaknya Vicky Prasetyo bahwa apabila dua mobil tersebut masih menggunakan premium adalah bentuk kudeta hati.
"Kalau LCGC tidak ada spesifikasi keunggulan dibanding yang lain sama saja sarua jueng bohong (sama saja bohong). Itu kudeta hati namanya," kelakar Hatta di kantornya, Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Dia juga menginginkan agar kedua mobil ini dapat menjadi pionir dalam mewujudkan Indonesia yang ramah lingkungan pada 2020 mendatang.
"Kemudian juga program kita untuk ramah lingkungan yang mencapai 26 persen pada 2020. Sebetulnya kriteria itu harus dijaga," sambungnya.
Yang paling penting, Hatta mengingatkan agar kedua mobil tersebut difokuskan untuk pasar ekspor, karena selama ini Indonesia mengalami defisit perdagangan mobil dengan Thailand karena mayoritas pabrikan mobil Jepang berbasis di Thailand.
"Kemarin itu orang (perusahaan otomotif) mulai goyang, karena ada banjir di Thailand sehingga produsen mobil melirik Indonesia. Peluang ini yang harus kita tangkap," pungkasnya.
Bahkan, Hatta berkelakar layaknya Vicky Prasetyo bahwa apabila dua mobil tersebut masih menggunakan premium adalah bentuk kudeta hati.
"Kalau LCGC tidak ada spesifikasi keunggulan dibanding yang lain sama saja sarua jueng bohong (sama saja bohong). Itu kudeta hati namanya," kelakar Hatta di kantornya, Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Dia juga menginginkan agar kedua mobil ini dapat menjadi pionir dalam mewujudkan Indonesia yang ramah lingkungan pada 2020 mendatang.
"Kemudian juga program kita untuk ramah lingkungan yang mencapai 26 persen pada 2020. Sebetulnya kriteria itu harus dijaga," sambungnya.
Yang paling penting, Hatta mengingatkan agar kedua mobil tersebut difokuskan untuk pasar ekspor, karena selama ini Indonesia mengalami defisit perdagangan mobil dengan Thailand karena mayoritas pabrikan mobil Jepang berbasis di Thailand.
"Kemarin itu orang (perusahaan otomotif) mulai goyang, karena ada banjir di Thailand sehingga produsen mobil melirik Indonesia. Peluang ini yang harus kita tangkap," pungkasnya.
(gpr)