Kemenperin klaim 60 juta orang idamkan LCGC
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Perindustrian menyatakan sebanyak 60 juta pemilik kendaraan roda dua mengidamkan memiliki kendaraan roda empat dengan harga terjangkau serta hemat bahan bakar minyak (BBM) sebagai alat transportasi untuk keperluan produktif dan keluarga.
Menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut dan untuk menyikapi persaingan pada era Free Trade Area (FTA) regional ASEAN dan Asia Timur, industri otomotif Indonesia dituntut untuk selalu berinovasi menciptakan kendaraan hemat energi dan harga terjangkau untuk keperluan pasar domestik dan ekspor.
"Saat ini negara lain dalam regional FTA seperti Thailand, Malaysia, China, Jepang, dan Korea telah memproduksi mobil sejenis Low Cost and Green Car (LCGC). Sehingga apabila kita tidak memenuhi permintaan masyarakat dengan produk sejenis dari dalam negeri, maka akan terjadi banjir impor kendaraan jenis tersebut," jelas Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam siaran persnya, Selasa (24/9/2013).
Demikian juga sebaliknya, peluang pasar bebas haruslah difaatkan pula, sehingga produk otomotif yang dibuat di dalam negeri tersebut haruslah mampu diekspor. Untuk dapat menembus pasar ekspor, maka kualitas minimum tertentu dari produk otomotif LCGC harus dipenuhi.
Pada program LCGC ini, lanjut Hidayat, industri otomotif disyaratkan untuk membuat kendaraan yang lebih ramah lingkungan dengan menaikkan efisiensi penggunaan bahan bakar per-kilometer jarak tempuh. Saat ini rata-rata mobil berbahan bakar minyak mengkonsumsi 12 km/liter BBM, sedangkan LCGC ini disyaratkan untuk dapat mengkonsumsi 20 km/liter BBM, sehingga penghematan yang dicapai dalam konsumsi bahan bakar adalah 66 persen per unit mobil.
Selain itu, dengan berkurangnya BBM yang dibakar per km, maka emisi karbon yang ditimbulkan juga akan lebih sedikit. "Program ini tidak berlaku untuk semua kategori kendaraan. Program ini hanya berlaku bagi kapasitas mesin kelas 1.000-1.200 cc untuk bensin dan 1.500 cc untuk diesel," pungkasnya.
Menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut dan untuk menyikapi persaingan pada era Free Trade Area (FTA) regional ASEAN dan Asia Timur, industri otomotif Indonesia dituntut untuk selalu berinovasi menciptakan kendaraan hemat energi dan harga terjangkau untuk keperluan pasar domestik dan ekspor.
"Saat ini negara lain dalam regional FTA seperti Thailand, Malaysia, China, Jepang, dan Korea telah memproduksi mobil sejenis Low Cost and Green Car (LCGC). Sehingga apabila kita tidak memenuhi permintaan masyarakat dengan produk sejenis dari dalam negeri, maka akan terjadi banjir impor kendaraan jenis tersebut," jelas Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam siaran persnya, Selasa (24/9/2013).
Demikian juga sebaliknya, peluang pasar bebas haruslah difaatkan pula, sehingga produk otomotif yang dibuat di dalam negeri tersebut haruslah mampu diekspor. Untuk dapat menembus pasar ekspor, maka kualitas minimum tertentu dari produk otomotif LCGC harus dipenuhi.
Pada program LCGC ini, lanjut Hidayat, industri otomotif disyaratkan untuk membuat kendaraan yang lebih ramah lingkungan dengan menaikkan efisiensi penggunaan bahan bakar per-kilometer jarak tempuh. Saat ini rata-rata mobil berbahan bakar minyak mengkonsumsi 12 km/liter BBM, sedangkan LCGC ini disyaratkan untuk dapat mengkonsumsi 20 km/liter BBM, sehingga penghematan yang dicapai dalam konsumsi bahan bakar adalah 66 persen per unit mobil.
Selain itu, dengan berkurangnya BBM yang dibakar per km, maka emisi karbon yang ditimbulkan juga akan lebih sedikit. "Program ini tidak berlaku untuk semua kategori kendaraan. Program ini hanya berlaku bagi kapasitas mesin kelas 1.000-1.200 cc untuk bensin dan 1.500 cc untuk diesel," pungkasnya.
(gpr)