Harga minyak di Asia tertekan situasi AS
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini tergelincir karena pemerintah Amerika Serikat (AS) berdiri di ambang shutdown (penutupan) parsial, karena kemacetan di Kongres dalam pembahasan anggaran baru.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 38 sen menjadi USD101,95 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk November turun 33 sen menjadi USD108,04 per barel.
Suasana krisis menyelimuti Washington pada batas waktu tengah malam (04.00 GMT) tanpa tanda-tanda kompromi antara Demokrat yang memimpin Senat dan Partai Republik untuk menghadang shutdown pertama pemerintah AS dalam 17 tahun.
"Shutdown pemerintah akan mengakibatkan penurunan permintaan minyak di konsumen terbesar dunia tersebut, menekan harga, karena ratusan ribu pegawai pemerintah akan dipaksa tinggal di rumah tanpa dibayar," kata Teoh Say Hwa, kepala investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari Business Standard, Selasa (1/10/2013).
Harga minyak mentah juga di bawah tekanan setelah pembicaraan penting antara Iran dan Amerika Serikat, yang mungkin dapat menyebabkan pengurangan sanksi Barat terhadap produsen minyak mentah tersebut, sehingga memungkinkan ekspor minyak lebih bebas.
Ekonomi Iran telah lumpuh oleh serangkaian sanksi PBB dan AS yang bertujuan mengakhiri program nuklir, yang diklaim Barat digunakan untuk mengembangkan senjata. "Jika sanksi berkurang, akan meningkatkan ekspor Iran dan harga minyak akan terus tertekan," kata Teoh .
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 38 sen menjadi USD101,95 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk November turun 33 sen menjadi USD108,04 per barel.
Suasana krisis menyelimuti Washington pada batas waktu tengah malam (04.00 GMT) tanpa tanda-tanda kompromi antara Demokrat yang memimpin Senat dan Partai Republik untuk menghadang shutdown pertama pemerintah AS dalam 17 tahun.
"Shutdown pemerintah akan mengakibatkan penurunan permintaan minyak di konsumen terbesar dunia tersebut, menekan harga, karena ratusan ribu pegawai pemerintah akan dipaksa tinggal di rumah tanpa dibayar," kata Teoh Say Hwa, kepala investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari Business Standard, Selasa (1/10/2013).
Harga minyak mentah juga di bawah tekanan setelah pembicaraan penting antara Iran dan Amerika Serikat, yang mungkin dapat menyebabkan pengurangan sanksi Barat terhadap produsen minyak mentah tersebut, sehingga memungkinkan ekspor minyak lebih bebas.
Ekonomi Iran telah lumpuh oleh serangkaian sanksi PBB dan AS yang bertujuan mengakhiri program nuklir, yang diklaim Barat digunakan untuk mengembangkan senjata. "Jika sanksi berkurang, akan meningkatkan ekspor Iran dan harga minyak akan terus tertekan," kata Teoh .
(dmd)