Harga minyak di Asia semakin tergelincir
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia semakin tergelincir karena para pedagang khawatir terhadap kurangnya terobosan dalam anggaran AS, yang telah menutup biaya pemerintah.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 10 sen menjadi USD103,21 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November turun tujuh sen menjadi USD108,93 per barel.
"Harga minyak terus melayang ke bawah karena belum ada langkah konkret yang diambil untuk menyelesaikan shutdown pemerintah AS," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir AFP, Jumat (4/10/2013).
"Fundamental ekonomi global sudah lemah, dan stand-off menempatkan lebih banyak tekanan pada harga," tambahnya.
Presiden Barack Obama menuntut untuk mengakhiri krisis tiga hari dengan memberikan tekanan kepada partai Republik untuk tidak menunda pelaksanaan hukum kesehatannya.
Namun, kekhawatiran utama investor global kemungkinan terlewatinya batas waktu pengeluaran pemerintah pada pertengahan Oktober. Di mana pemerintah kemungkinan tidak mampu membayar tagihan atau membayar utang-utangnya.
Jika batas pinjaman tidak ditingkatkan negara akan default, mengirimkan gelombang kejutan menghancurkan perekonomian dunia.
"Kami berharap ketegangan pasar terutama dalam bentuk melemahnya dolar dan penurunan ekuitas untuk melanjutkan serta mengintensifkan masing-masing," tulis Phillip Futures Singapura dalam catatannya.
Para analis mengatakan, penurunan itu tertutupi penghentian produksi minyak dan gas di Teluk Meksiko karena badai Tropis Karen. Badai diperkirakan berada atau dekat kekuatan utama pada Jumat waktu setempat.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 10 sen menjadi USD103,21 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November turun tujuh sen menjadi USD108,93 per barel.
"Harga minyak terus melayang ke bawah karena belum ada langkah konkret yang diambil untuk menyelesaikan shutdown pemerintah AS," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir AFP, Jumat (4/10/2013).
"Fundamental ekonomi global sudah lemah, dan stand-off menempatkan lebih banyak tekanan pada harga," tambahnya.
Presiden Barack Obama menuntut untuk mengakhiri krisis tiga hari dengan memberikan tekanan kepada partai Republik untuk tidak menunda pelaksanaan hukum kesehatannya.
Namun, kekhawatiran utama investor global kemungkinan terlewatinya batas waktu pengeluaran pemerintah pada pertengahan Oktober. Di mana pemerintah kemungkinan tidak mampu membayar tagihan atau membayar utang-utangnya.
Jika batas pinjaman tidak ditingkatkan negara akan default, mengirimkan gelombang kejutan menghancurkan perekonomian dunia.
"Kami berharap ketegangan pasar terutama dalam bentuk melemahnya dolar dan penurunan ekuitas untuk melanjutkan serta mengintensifkan masing-masing," tulis Phillip Futures Singapura dalam catatannya.
Para analis mengatakan, penurunan itu tertutupi penghentian produksi minyak dan gas di Teluk Meksiko karena badai Tropis Karen. Badai diperkirakan berada atau dekat kekuatan utama pada Jumat waktu setempat.
(dmd)