Dolar AS melemah, harga minyak dunia rebound
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak mentah di perdagangan dunia rebound berkat dolar AS/USD melemah di tengah kelumpuhan politik anggaran Amerika Serikat (AS).
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 59 sen menjadi USD103,62 per barel. Sementara Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik 41 sen menjadi USD110,09 per barel dalam transaksi di London.
"Harga didukung melemahnya dolar AS yang tetap dekat di level terendah dalam delapan bulan terhadap sekeranjang mata uang utama," kata broker komoditas Marex Spectron dalam catatannya kepada klien, seperti dilansir dari AFP, Selasa (8/10/2013).
Pelemahan dolar membuat unit harga minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga mendorong permintaan.
Seperti diketahui, harga minyak telah jatuh sejak Senin (7/10/2013) karena produksi di Teluk Meksiko telah kembali setelah badai tropis memaksa perusahaan menangguhkan output dengan alasan keamanan.
Pasar juga melihat tekanan datang dari kelumpuhan politik di Washington. Dimana shutdown parsial pemerintah memasuki pekan kedua. Investor khawatir terjadi efek knock-on terhadap permintaan di Amerika Serikat, konsumen minyak utama dunia.
"Kekhawatiran terus berjalan karena investor juga memandang tenggat waktu peningkatan plafon utang pada 17 Oktober atau risiko default utang AS," kata Vanessa Tan, analis investasi Phillip Futures, Singapura.
Kegagalan mengangkat batas utang berarti pemerintah tidak mampu membayar tagihan atau membayar utang, menyebabkan default yang diperkirakan analis bisa mengirim perekonomian dunia kembali ke dalam resesi.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 59 sen menjadi USD103,62 per barel. Sementara Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik 41 sen menjadi USD110,09 per barel dalam transaksi di London.
"Harga didukung melemahnya dolar AS yang tetap dekat di level terendah dalam delapan bulan terhadap sekeranjang mata uang utama," kata broker komoditas Marex Spectron dalam catatannya kepada klien, seperti dilansir dari AFP, Selasa (8/10/2013).
Pelemahan dolar membuat unit harga minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga mendorong permintaan.
Seperti diketahui, harga minyak telah jatuh sejak Senin (7/10/2013) karena produksi di Teluk Meksiko telah kembali setelah badai tropis memaksa perusahaan menangguhkan output dengan alasan keamanan.
Pasar juga melihat tekanan datang dari kelumpuhan politik di Washington. Dimana shutdown parsial pemerintah memasuki pekan kedua. Investor khawatir terjadi efek knock-on terhadap permintaan di Amerika Serikat, konsumen minyak utama dunia.
"Kekhawatiran terus berjalan karena investor juga memandang tenggat waktu peningkatan plafon utang pada 17 Oktober atau risiko default utang AS," kata Vanessa Tan, analis investasi Phillip Futures, Singapura.
Kegagalan mengangkat batas utang berarti pemerintah tidak mampu membayar tagihan atau membayar utang, menyebabkan default yang diperkirakan analis bisa mengirim perekonomian dunia kembali ke dalam resesi.
(dmd)