Default utang AS bisa picu China tarik aset obligasi

Rabu, 16 Oktober 2013 - 14:36 WIB
Default utang AS bisa...
Default utang AS bisa picu China tarik aset obligasi
A A A
Sindonews.com - Default utang Amerika Serikat (AS) bisa memacu China untuk mendiversifikasi cadangan devisa multi-triliun dolar (USD) terbesar di dunia, karena Beijing berupaya meningkatkan suara dalam ekonomi global.

Default pertama dalam sejarah pasti akan menurunkan nilai aset dolar AS China dan memiliki dampak yang lebih luas pada ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Para pejabat China dan media pemerintah telah memberikan peringatan atas tenggat waktu bagi Kongres AS untuk menaikkan plafon utang dan menghindari bencana keuangan.

Analis mengatakan, kemungkinan default cenderung menyebabkan China lebih mendiversifikasi cadangan, dan bahkan kepemilikan obligasi Treasuries AS.

"Jika memang ada default, pemerintah China pasti akan mempercepat diversifikasi cadangan devisanya, dan mencari obligasi lebih aman dari negara lain," kata Liao Qun, ekonom Citic Bank International, Hong Kong, seperti dilansir dari Daily Star, Rabu (16/10/2013).

"Jika ada percepatan diversifikasi, mungkin juga ada penurunan kepemilikan (Treasuries AS). China memiliki alasan kuat untuk melakukannya. Tapi, itu tentu saja akan sangat sulit," terangnya.

China adalah pemegang obligasi asing Treasury AS terbesar USD1,28 triliun, diikuti Jepang sebesar USD1,14 triliun.

China sangat bergantung pada ekspor dan investasi asing untuk menjaga momentum dalam pertumbuhan perekonomian negara yang memperluas 7,7 persen pada tahun lalu, pertumbuhan paling lambat sejak tahun 1999.

"Default pasti akan memiliki dampak nyata pada ekonomi AS. Situasi ini, juga akan berdampak negatif pada perekonomian China," ujar Sun Junwei, ekonom HSBC berbasis di Beijing.

Para pejabat China telah menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mengkritik AS atas pertengkaran politik mereka di dalam negeri. Wakil Menteri Keuangan Zhu Guangyao mengatakan, default utang AS akan menjadi situasi yang sangat berbahaya dan mendesak Washington untuk mengatasi pembayaran bunga sebagai prioritas.

"Apa yang mungkin juga akan disertakan sebagai bagian penting dari reformasi adalah pengenalan mata uang cadangan internasional baru yang dibuat untuk menggantikan dominasi dolar AS, " jelasnya.

China telah berusaha untuk membuat yuan lebih diterima secara internasional, tetapi kurangnya konvertibilitas bebas berarti jauh dari menyaingi keperkasaan dolar AS.

Editorial Xinhua menyerukan ekonomi pasar berkembang memiliki suara lebih besar dalam lembaga-lembaga multilateral, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

"Stagnasi di Washington ... telah kembali meninggalkan aset dolar yang luar biasa bagi banyak negara dan masyarakat internasional sangat menderita," tulisnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6083 seconds (0.1#10.140)