SBY: MP3EI bukan macan ompong tapi riil
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengemukakan, pendapatan atau income per kapita penduduk Indonesia sebelum mantan Presiden Soeharto lengser sebesar USD1.200, yang kemudian sempat turun hingga tinggal USD600 pada saat krisis ekonomi 1998.
Namun, melalui berbagai program pembangunan, paska krisis di bawah kepemimpinan mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, income per kapita naik lagi menjadi USD1.100.
"Sekarang dengan kerja keras, income per kapita jadi USD4.000. Mudah-mudahan ketika saya menyerahkan kepemimpinan bangsa, income per kapita kita sudah bisa USD5.000," kata SBY dalam sambutannya pada acara Groundbreaking sejumlah proyek MP3EI di kantor Gubernur Kalsel, Banjarbaru, Kalsel, seperti dikutip dari situs Setkab, Rabu (23/10/2013).
Menurutnya, sejak 2011 pemerintah sengaja melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. Karena pemerintah tidak ingin Indonesia menjadi negara yang kalah saat menyongsong perkembangan ke depan, saat sudah terjadi konektivitas antar negara ASEAN, APEC, termasuk G-20.
Saat ini, lanjut SBY, dibanding dengan negara-negara lain, pertumbuhan Indonesia hanya kalah oleh China, dan dalam hal daya beli masyarakat (purchasing power parity) menduduki urutan ke-15.
"MP3EI ini bukan kertas kosong, bukan macan ompong tapi riil. Kita harus siap ketika lima tahun lagi, ekonomi ASEAN, APEC, dan lainnya sudah terkoneksi," ujarnya.
Presiden SBY meyakini, jika para mahasiswa yang mengancam akan mendemonya di Kalsel karena kurang memperhatikan pembangunan daerah ini, hadir di groundbreaking akan berubah pikiran, karena ternyata alokasi anggaran pembangunan di Kalsel, termasuk proyek MP3EI banyak yang melebihi rata-rata alokasi nasional.
"Tanpa unjuk rasapun saya pahami kemauannya. Tapi itulah bunganya demokrasi, kalau tidak ada berita ada mahasiswa yang mau demo tidak ramai korannya," kata SBY.
Namun, melalui berbagai program pembangunan, paska krisis di bawah kepemimpinan mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, income per kapita naik lagi menjadi USD1.100.
"Sekarang dengan kerja keras, income per kapita jadi USD4.000. Mudah-mudahan ketika saya menyerahkan kepemimpinan bangsa, income per kapita kita sudah bisa USD5.000," kata SBY dalam sambutannya pada acara Groundbreaking sejumlah proyek MP3EI di kantor Gubernur Kalsel, Banjarbaru, Kalsel, seperti dikutip dari situs Setkab, Rabu (23/10/2013).
Menurutnya, sejak 2011 pemerintah sengaja melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. Karena pemerintah tidak ingin Indonesia menjadi negara yang kalah saat menyongsong perkembangan ke depan, saat sudah terjadi konektivitas antar negara ASEAN, APEC, termasuk G-20.
Saat ini, lanjut SBY, dibanding dengan negara-negara lain, pertumbuhan Indonesia hanya kalah oleh China, dan dalam hal daya beli masyarakat (purchasing power parity) menduduki urutan ke-15.
"MP3EI ini bukan kertas kosong, bukan macan ompong tapi riil. Kita harus siap ketika lima tahun lagi, ekonomi ASEAN, APEC, dan lainnya sudah terkoneksi," ujarnya.
Presiden SBY meyakini, jika para mahasiswa yang mengancam akan mendemonya di Kalsel karena kurang memperhatikan pembangunan daerah ini, hadir di groundbreaking akan berubah pikiran, karena ternyata alokasi anggaran pembangunan di Kalsel, termasuk proyek MP3EI banyak yang melebihi rata-rata alokasi nasional.
"Tanpa unjuk rasapun saya pahami kemauannya. Tapi itulah bunganya demokrasi, kalau tidak ada berita ada mahasiswa yang mau demo tidak ramai korannya," kata SBY.
(izz)