Harga minyak dunia pekan terakhir ini melemah

Jum'at, 01 November 2013 - 20:53 WIB
Harga minyak dunia pekan...
Harga minyak dunia pekan terakhir ini melemah
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia pada pekan terakhir ini kembali tertekan, terpengaruh faktor stok BBM di Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran gangguan pasokan di Libya. Data positif manufaktur China meski mampu mengangkat harga pada perdagangan di Asia, namun secara keseluruhan belum dapat memperbaiki komoditas.

Kontrak utama New York, minyak light sweet West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember tergelincir 15 sen menjadi USD96,23 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, turun 21 sen menjadi USD108,63 per barel dalam perdagangan di London.

Analis brokers Sucden, Kash Kamal mengatakan, pedagang dan investor terus menganalisis persediaan minyak mentah AS yang lebih tinggi dari perkiraan.

Sementara Analis di Commerzbank mencatat bahwa Brent, acuan minyak mentah Timur Tengah didukung pelemahan pasokan yang sedang berlangsung di Libya. "Data China yang lebih baik dari perkiraan memberikan dukungan tambahan," tulis mereka, seperti dilansir dari AFP, Jumat (1/11/2013).

Biro Statistik Nasional (RBS) melaporkan indeks pembelian manajer (PMI) manufaktur China naik menjadi 51,4 ​​poin pada Oktober, dari 51,1 poin di bulan sebelumnya. Pembacaan ini merupakan yang tertinggi sejak April 2012, yang menyentuh angka 53,3 poin.

"Laporan itu membantu menghentikan slide terhadap minyak berjangka," ujar Victor Shum, konsultan energi IHS Purvin & Gertz.

Shum menyebutkan harga Brent didukung ketidakpastian produksi minyak di Libya, meskipun perusahaan negara National Oil Corp (NOC) mengumumkan terminal Al-Harriga akan kembali beroperasi pada paling lambat awal pekan depan.

Terminal yang memiliki kapasitas 110.000 barel per hari itu telah ditutup bersama beberapa terminal lain oleh demonstran yang menuntut pekerjaan dan distribusi yang lebih adil dari pendapatan minyak.

Produksi minyak mentah Libya telah terganggu selama beberapa bulan akibat pergolakan buruh, dan output berkurang 300.000 barel per hari dari 1.500.000-1.600.000 sebelum showdown terjadi.

Meningkatnya protes telah menimbulkan kekhawatiran ekspor di negara tersebut. "Masalah di Libya tidak ada otoritas sentral yang menjaga minyak sehingga produksi sering terganggu aksi protes. Jadi, produksi minyak Libya terus berjuang," tandas Shum.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1952 seconds (0.1#10.140)