Harga minyak dunia pekan ini ditutup menguat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia pekan ini ditutup naik, setelah data pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi AS kuat, serta pengawasan terhadap hasil perundingan program nuklir Iran.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman pengiriman Desember, ditutup menjadi USD94,60 per barel, naik 40 sen dari penutupan Kamis (7/11/2013) lalu. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, melonjak USD1,66 di angka USD105,12 per barel.
Laporan pekerjaan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan ekonomi terbesar di dunia itu secara mengejutkan menambah 204.000 pekerjaan, lebih dua kali lipat dari perkiraan rata-rata analis, meskipun sempat terjadi shutdown pemerintah federal selama 16 hari .
"Laporan pekerjaan AS untuk Oktober lebih kuat dari perkiraan, memicu reli yang mendukung S&P 500 dan penguatan dolar yang cenderung membatasi keuntungan dalam harga minyak," kata Tim Evans dari Citi Futures, seperti dilansir Channel News Asia, Sabtu (9/11/2013).
Dolar yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam USD lebih mahal untuk pembeli mata uang lain, sehingga cenderung mengurangi permintaan minyak mentah.
Laporan pertumbuhan maupun pekerjaan AS memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mulai mengurangi stimulus moneter lebih cepat dari yang diperkirakan, dengan beberapa analis menunjuk ke pertemuan pada Desember mendatang.
Sementara itu, para diplomat tengah mengadakan pembicaraan di Jenewa di tengah meningkatnya harapan kesepakatan mengenai program nuklir di produsen minyak Iran, yang AS dan sekutunya harapkan dapat menutup produksi senjata nuklir.
Perjanjian tersebut bisa melihat Teheran membekukan upaya nuklirnya dengan imbalan bantuan dari sanksi yang telah membuat ekonomi negara itu babak belur.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman pengiriman Desember, ditutup menjadi USD94,60 per barel, naik 40 sen dari penutupan Kamis (7/11/2013) lalu. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, melonjak USD1,66 di angka USD105,12 per barel.
Laporan pekerjaan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan ekonomi terbesar di dunia itu secara mengejutkan menambah 204.000 pekerjaan, lebih dua kali lipat dari perkiraan rata-rata analis, meskipun sempat terjadi shutdown pemerintah federal selama 16 hari .
"Laporan pekerjaan AS untuk Oktober lebih kuat dari perkiraan, memicu reli yang mendukung S&P 500 dan penguatan dolar yang cenderung membatasi keuntungan dalam harga minyak," kata Tim Evans dari Citi Futures, seperti dilansir Channel News Asia, Sabtu (9/11/2013).
Dolar yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam USD lebih mahal untuk pembeli mata uang lain, sehingga cenderung mengurangi permintaan minyak mentah.
Laporan pertumbuhan maupun pekerjaan AS memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mulai mengurangi stimulus moneter lebih cepat dari yang diperkirakan, dengan beberapa analis menunjuk ke pertemuan pada Desember mendatang.
Sementara itu, para diplomat tengah mengadakan pembicaraan di Jenewa di tengah meningkatnya harapan kesepakatan mengenai program nuklir di produsen minyak Iran, yang AS dan sekutunya harapkan dapat menutup produksi senjata nuklir.
Perjanjian tersebut bisa melihat Teheran membekukan upaya nuklirnya dengan imbalan bantuan dari sanksi yang telah membuat ekonomi negara itu babak belur.
(dmd)