Kopi Kintamani berjuang tembus pasar hotel berbintang
A
A
A
Sindonews.com - Meskipun memiliki cita rasa tersendiri dan tidak kalah dengan produk kopi luar, namun kopi Kintamani belum mampu menembus pasar hotel berbintang di Bali.
Kopi Kintamani yang merupakan salah satu merek kopi Bali merupakan varian kopi lokal dengan cita rasa dan keunikan khusus. Sayangnya, kopi yang banyak tumbuh di dataran tinggi, seperti Kintamani (Bangli) dan Petang (Badung) belum mampu bersaing dengan kopi luar Bali.
Karena itu, pelaku industri kopi lokal seperti Kopi Kintamani terus berharap bisa diterima, khususnya oleh industri hotel bintang lima di Pulau Dewata.
"Kopi Kintamani sebenarnya memiliki karakteristik dan keunggulan cita rasa yang khas," kata Marketing Manager Koperasi Tani MPIG Kopi Kintamani Komang Sukarsana dalam ajang Nusa Dua Fiesta (NDF) 2013, Minggu (17/11/2013).
Hanya saja, dia menuturkan, keberadaan kopi dari daerah berhawa sejuk itu belum mampu bersaing dengan kopi lokal lainnya di Tanah Air. Padahal, banyak keuanggulan kopi Kintamani dibanding kopi lainnya.
Untuk itu, pihaknya terus mempromosikan kopi produk petani ini ke masyarakat luas, termasuk mengenalkan bagaimana produksi dan proses pembuatan kopi Kintamani. Hal itu pula yang mendasari kehadiran kopi Kintamani di ajang NDF 2013, yang merupakan ajang untuk mengenalkan kopi dalam industri pariwisata.
"Kami berharap bisa masuk di market hotel bintang 5 di kawasan Nusa Dua yang banyak didatangi wisatawan asing," ujar dia.
Selama ini, kopi aseli Bali ini belum bisa masuk menembus pasar hotel bintang lima lantaran hotel-hotel mewah memilih menggunakan kopi luar.
Di sisi lain, para petani kopi lokal menghadapi persoalan klasik yakni masuk pasar. Hasil panen mereka tahun 2012 hingga saat ini belum bisa terjual karena terkendala pasar.
Saat ini, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) membentuk Koperasi Tani (Koptan) MPIG Kintamani Bali yang memiliki anggota 64 subak dengan petaninya 3.600 terseber di tiga wilayah, yakni Kinatamani, Petang dan Sukasada.
"Kita berharap melalui MPIG ini persoalan petani kopi di Bali bisa diselesaikan," kata dia.
Kopi Kintamani yang merupakan salah satu merek kopi Bali merupakan varian kopi lokal dengan cita rasa dan keunikan khusus. Sayangnya, kopi yang banyak tumbuh di dataran tinggi, seperti Kintamani (Bangli) dan Petang (Badung) belum mampu bersaing dengan kopi luar Bali.
Karena itu, pelaku industri kopi lokal seperti Kopi Kintamani terus berharap bisa diterima, khususnya oleh industri hotel bintang lima di Pulau Dewata.
"Kopi Kintamani sebenarnya memiliki karakteristik dan keunggulan cita rasa yang khas," kata Marketing Manager Koperasi Tani MPIG Kopi Kintamani Komang Sukarsana dalam ajang Nusa Dua Fiesta (NDF) 2013, Minggu (17/11/2013).
Hanya saja, dia menuturkan, keberadaan kopi dari daerah berhawa sejuk itu belum mampu bersaing dengan kopi lokal lainnya di Tanah Air. Padahal, banyak keuanggulan kopi Kintamani dibanding kopi lainnya.
Untuk itu, pihaknya terus mempromosikan kopi produk petani ini ke masyarakat luas, termasuk mengenalkan bagaimana produksi dan proses pembuatan kopi Kintamani. Hal itu pula yang mendasari kehadiran kopi Kintamani di ajang NDF 2013, yang merupakan ajang untuk mengenalkan kopi dalam industri pariwisata.
"Kami berharap bisa masuk di market hotel bintang 5 di kawasan Nusa Dua yang banyak didatangi wisatawan asing," ujar dia.
Selama ini, kopi aseli Bali ini belum bisa masuk menembus pasar hotel bintang lima lantaran hotel-hotel mewah memilih menggunakan kopi luar.
Di sisi lain, para petani kopi lokal menghadapi persoalan klasik yakni masuk pasar. Hasil panen mereka tahun 2012 hingga saat ini belum bisa terjual karena terkendala pasar.
Saat ini, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) membentuk Koperasi Tani (Koptan) MPIG Kintamani Bali yang memiliki anggota 64 subak dengan petaninya 3.600 terseber di tiga wilayah, yakni Kinatamani, Petang dan Sukasada.
"Kita berharap melalui MPIG ini persoalan petani kopi di Bali bisa diselesaikan," kata dia.
(rna)