Tiga negara ini diminta buka kebutuhan mineral
A
A
A
Sindonews.com - Asean Senior Official Meeting on Mineral (ASOMM) ke-13 meminta Jepang, China dan Korea membuka kebutuhan mineral mereka guna mencegah bergejolaknya harga produk mineral.
Chairman 13th ASEAN Senior Official Meeting on Minerals (ASOMM) R Sukhyar mengatakan, selama ini pasar mineral rentan terhadap permintaan. Apabila, ketiga negara itu menurunkan permintaan, maka berakibat pada turunnya harga mineral lantaran lebih banyak pasokan ketimbang permintaan.
"Kami minta di forum ini ada exposure mineral outlook karena ASEAN merupakan mineral producer country. Jepang dan China ini kasih tahu demand mereka karena resource industri bergantung harga, kalau jatuh ya bergejolak," kata dia usai pertemuan ASOMM di Hotel Grand Hyat, Nusa Dua, Bali, Rabu (27/11/2013).
Ketua delegasi ASOMM dari Indonesia ini juga mengatakan, telah menyusun proposal untuk mengajukan usulan ke negara-negara maju, antara lain peningkatan kapasitas usai eksplorasi dan eksploitasi tambang. Misalnya, terkait reklamasi, rehabilitasi dan pemulihan kembali wilayah tambang.
"Pasca penambangan harus sudah direncanakan sebelum eksploitasi. Jangan sampai kegiatan tambang ada dampaknya pada ground water. Ke depan, masalah ini menjadi konsen negara Asean," ujar dia.
Selain itu, Indonesia juga meminta negara-negara maju untuk membantu dalam hal pengelolaan unsur tanah jarang (rare earth). Delegasi Indonesia telah memasukkan mineral logam tanah jarang masuk dalam pembahasan lebih lanjut kendati penelitian tanah jarang ini masih belum optimal dan parsial.
"Indonesia memasukkan proposal bagaimana negara-negara Asean juga mempunyai kemampuan mengolah tanah jarang. Di dunia, penggunaan tanah jarang sangat dikuasai negara maju," ujar dia.
Saat ini, tanah jarang banyak terdapat di Bangka Belitung. Sebagai mineral ikutan, Sukhyar menjelaskan, tanah jarang banyak dimanfaatkan oleh industri telekomunikasi dan industri yang sangat sophisticated serta perangkat energi baru terbarukan.
Potensi logam tanah jarang di Indonesia diperkirakan sangat besar, baik sebagai produk itu sendiri atau unsur ikutan dari berbagai tambang mineral di Indonesia.
"Tambang logam tanah jarang yang ditemui di Indonesia, diantaranya timbal dan grafit di Sumatera Barat, bauksit di Kalimantan Barat, timah dan kaolin di Bangka Belitung," kata dia.
Kemudian, tambang emas berada di Bogor, Banten, Bengkulu, Sumbawa, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Papua. Sedangkan nikel di Sulawesi Barat dan Halmahera.
Beberapa mineral tanah jarang yang banyak ditemukan di Indonesia adalah bijih timah dengan mineral ikutan monazite, xenotime, zircon dan ilmenite, bijih tembaga dengan mineral ikutan anode slime, pasir besi, bijih emas dan bijih bauksit.
Pertumbuhan konsumsi logam tanah jarang di dunia akan terus naik seiring dengan makin beragam dan besar jumlah aplikasi logam tanah di berbagai aplikasi, di antaranya mobil hibrid, baterei, CD, fiber optik, keramik dan beragam katalis.
Chairman 13th ASEAN Senior Official Meeting on Minerals (ASOMM) R Sukhyar mengatakan, selama ini pasar mineral rentan terhadap permintaan. Apabila, ketiga negara itu menurunkan permintaan, maka berakibat pada turunnya harga mineral lantaran lebih banyak pasokan ketimbang permintaan.
"Kami minta di forum ini ada exposure mineral outlook karena ASEAN merupakan mineral producer country. Jepang dan China ini kasih tahu demand mereka karena resource industri bergantung harga, kalau jatuh ya bergejolak," kata dia usai pertemuan ASOMM di Hotel Grand Hyat, Nusa Dua, Bali, Rabu (27/11/2013).
Ketua delegasi ASOMM dari Indonesia ini juga mengatakan, telah menyusun proposal untuk mengajukan usulan ke negara-negara maju, antara lain peningkatan kapasitas usai eksplorasi dan eksploitasi tambang. Misalnya, terkait reklamasi, rehabilitasi dan pemulihan kembali wilayah tambang.
"Pasca penambangan harus sudah direncanakan sebelum eksploitasi. Jangan sampai kegiatan tambang ada dampaknya pada ground water. Ke depan, masalah ini menjadi konsen negara Asean," ujar dia.
Selain itu, Indonesia juga meminta negara-negara maju untuk membantu dalam hal pengelolaan unsur tanah jarang (rare earth). Delegasi Indonesia telah memasukkan mineral logam tanah jarang masuk dalam pembahasan lebih lanjut kendati penelitian tanah jarang ini masih belum optimal dan parsial.
"Indonesia memasukkan proposal bagaimana negara-negara Asean juga mempunyai kemampuan mengolah tanah jarang. Di dunia, penggunaan tanah jarang sangat dikuasai negara maju," ujar dia.
Saat ini, tanah jarang banyak terdapat di Bangka Belitung. Sebagai mineral ikutan, Sukhyar menjelaskan, tanah jarang banyak dimanfaatkan oleh industri telekomunikasi dan industri yang sangat sophisticated serta perangkat energi baru terbarukan.
Potensi logam tanah jarang di Indonesia diperkirakan sangat besar, baik sebagai produk itu sendiri atau unsur ikutan dari berbagai tambang mineral di Indonesia.
"Tambang logam tanah jarang yang ditemui di Indonesia, diantaranya timbal dan grafit di Sumatera Barat, bauksit di Kalimantan Barat, timah dan kaolin di Bangka Belitung," kata dia.
Kemudian, tambang emas berada di Bogor, Banten, Bengkulu, Sumbawa, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Papua. Sedangkan nikel di Sulawesi Barat dan Halmahera.
Beberapa mineral tanah jarang yang banyak ditemukan di Indonesia adalah bijih timah dengan mineral ikutan monazite, xenotime, zircon dan ilmenite, bijih tembaga dengan mineral ikutan anode slime, pasir besi, bijih emas dan bijih bauksit.
Pertumbuhan konsumsi logam tanah jarang di dunia akan terus naik seiring dengan makin beragam dan besar jumlah aplikasi logam tanah di berbagai aplikasi, di antaranya mobil hibrid, baterei, CD, fiber optik, keramik dan beragam katalis.
(rna)