Harga minyak AS di perdagangan Asia merugi

Kamis, 28 November 2013 - 13:47 WIB
Harga minyak AS di perdagangan...
Harga minyak AS di perdagangan Asia merugi
A A A
Sindonews.com - Harga minyak Amerika Serikat (AS) pada perdagangan di Asia kembali turun, karena para dealer dikagetkan dengan lonjakan stok, memicu kekhawatiran kelebihan pasokan di ekonomi terbesar dunia tersebut.

Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun delapan sen menjadi USD92,22 per barel pada perdagangan sore, setelah tenggelam USD1,38 pada perdagangan di New York, sebagai penutupan terendah sejak 31 Mei lalu.

Sementara minyak mentah Brent North Sea, patokan harga Eropa untuk Januari naik 11 sen menjadi USD111,42 per barel.

Penurunan WTI datang setelah Departemen Energi AS melaporkan stok minyak mentah komersial meningkat sebesar 3 juta barel untuk pekan lalu, jauh di atas perkiraan analis sebesar 500.000 yang disurvei oleh Wall Street Journal.

Kenaikan besar terbaru dibangun dalam beberapa pekan terakhir. Di mana sejak 13 September stok minyak mentah komersial telah meningkat 35,8 juta atau lebih dari 10 persen.

"Minyak mentah WTI mengalami kerugian yang signifikan selama dua hari terakhir, sebagian besar didorong kekhawatiran stok di AS," kata Phillip Futures, analis berbasis di Singapura dalam sebuah catatan, seperti dilansir dari AFP, Kamis (28/11/2013).

"Stok tinggi di AS kemungkinan akan disumbang oleh produksi yang kuat secara terus-menerus di negara tersebut," lanjutnya, sambil menambahkan bahwa output memukul 8.020.000 barel dalam pekan hingga 22 November, level tertinggi sejak Januari 1989.

Harga minyak AS sempat diperdagangkan di atas USD100 per barel untuk sebagian besar musim panas. Namun, harga turun di bawah USD100 sejak 21 Oktober, karena meningkatnya pasokan dan ketegangan geopolitik telah mereda, termasuk keputusan Washington untuk menunda aksi militer di Suriah dan hubungan lebih baik dengan Iran.

Brent Eropa tetap didukung meningkatnya keprihatinan atas pertikaian politik di Libya, salah satu anggota dari kartel minyak OPEC. Di mana para pengunjuk rasa dengan berbagai tuntutan memblokir terminal ekspor minyak dan gas sejak akhir Juli, menyebabkan pendapatan anjlok 80 persen.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8420 seconds (0.1#10.140)