Pemimpin berikutnya harus berani menghentikan impor pangan
A
A
A
Sindonews.com - Kebijakan untuk menghentikan keran impor pangan sudah seharusnya dilakukan. Selain untuk menyelamatkan situasi ekonomi dalam negeri, kebijakan impor dapat merugikan produsen dalam negeri. Selama ini, belum ada dan belum pernah ada pemimpin di Indonesia yang mampu menghentikan impor pangan.
"Mereka hanya bisa mengingatkan dan memberitahu kepada masyarakat tentang kenaikan harga cabai atau kenaikan bahan pokok lainnya," kata Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Rio Patrice de Capella dalam keterangan resminya, Selasa (24/12/2013).
Menurutnya, pemimpin yang dibutuhkan masyarakat Indonesia mendatang adalah pemimpin yang bisa mencarikan solusi atas permasalahan pangan tersebut. Dikatakannya, harus ada partai politik yang mampu mencarikan solusi kepada pemimpin Indonesia yang baru.
"Partai harus mampu mencarikan solusi kepada pemimpin Indonesia yang baru tentang berbagai macam permasalahan yang menimpa negeri ini," paparnya.
Dari penilaian dia, pemimpin yang ada saat ini tidak memihak kepada kepentingan rakyat. Misalnya saja, dalam hal kebijakan impor bahan pangan.
"Kita tidak butuh seorang pemimpin yang hanya aktif di media sosial dibanding mencari solusi atas isu-isu aktual yang terjadi di tengah masyarakat," tukasnya.
Dia menambahkan, pemerintah saat ini belum serius mengelola negara. "Pemerintah sekarang tampak belum serius (mengelola negara), negeri kita bukan siapa pemimpin ke depan, tapi pemimpin seperti apa. Pemimpin yang ideal bukan yang hanya mampu membalas isu via twitter," tegasnya.
"Mereka hanya bisa mengingatkan dan memberitahu kepada masyarakat tentang kenaikan harga cabai atau kenaikan bahan pokok lainnya," kata Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Rio Patrice de Capella dalam keterangan resminya, Selasa (24/12/2013).
Menurutnya, pemimpin yang dibutuhkan masyarakat Indonesia mendatang adalah pemimpin yang bisa mencarikan solusi atas permasalahan pangan tersebut. Dikatakannya, harus ada partai politik yang mampu mencarikan solusi kepada pemimpin Indonesia yang baru.
"Partai harus mampu mencarikan solusi kepada pemimpin Indonesia yang baru tentang berbagai macam permasalahan yang menimpa negeri ini," paparnya.
Dari penilaian dia, pemimpin yang ada saat ini tidak memihak kepada kepentingan rakyat. Misalnya saja, dalam hal kebijakan impor bahan pangan.
"Kita tidak butuh seorang pemimpin yang hanya aktif di media sosial dibanding mencari solusi atas isu-isu aktual yang terjadi di tengah masyarakat," tukasnya.
Dia menambahkan, pemerintah saat ini belum serius mengelola negara. "Pemerintah sekarang tampak belum serius (mengelola negara), negeri kita bukan siapa pemimpin ke depan, tapi pemimpin seperti apa. Pemimpin yang ideal bukan yang hanya mampu membalas isu via twitter," tegasnya.
(gpr)