Kenaikan elpiji 12 kg dapat memicu gejolak ekonomi
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kilogram (kg) berpotensi menimbulkan gejolak ekonomi.
"Kenaikan harga elpiji 12 kg berpotensi menimbulkan gejolak ekonomi karena akan memicu kenaikan harga dan juga rendahnya daya beli," kata dia di Jakarta, Jumat (3/1/2013)
Pada saat yang sama, kenaikan elpiji nonsubsidi ini juga akan memberikan ancaman inflasi 2014, yang diperkirakan mencapai 8,4 persen.
Karena itu, dia mendesak pemerintah dan PT Pertamina untuk membatalkan keputusan menaikkan harga elpiji ukuran 12 kg karena makin membebani masyarakat di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Menurut Harry, kenaikan harga elpiji 12 kg saat ini tidak tepat karena makin memberatkan setelah kenaikan harga yang terjadi pada tahun lalu, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL).
Dia berpendapat, meski menaikkan harga elipiji 12 kg merupakan aksi korporasi Pertamina lantaran bukan barang subsidi, namun harus mempertimbangkan daya tahan masyarakat. Alasannya karena pemerintah dan Pertamina sebagai perusahaan pelat merah berkewajiban melindungi masyarakat dari dampak buruk kesulitan ekonomi.
“Pertamina itu kan BUMN yang 100 persen sahamnya dimiliki pemerintah. Harusnya pemerintah berhak mengatur hal itu karena menyangkut nasib masyarakat yang sedang menghadapi banyak beban secara sekaligus,” tutur dia.
Kenaikan harga elpiji 12 kg, dia menambahkan, juga akan menambah lebarnya kesenjangan pendapatan antara si kaya dan si miskin.
Harry mengingatkan, saat ini di lapangan kenaikan harga elpiji 12 kg sudah bergerak liar. Bahkan harganya lebih tinggi dari yang ditetapkan Pertamina. Bukan hanya Rp117.708 per tabung, tetapi ada yang dijual pada kisaran Rp140 ribu per tabung.
“Jadi, di lapangan, kenaikannya sendiri sudah mencapai hampir 100 persen. Mana janji pengawasan dan penindakan yang disampaikan Pertamina, begitu juga pemerintah," ujar Harry.
Seperti diketahui, Pertamina per 1 Januari 2014 menaikkan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg sebesar 68 persen. Pertamina beralasan, kenaikan itu untuk menekan kerugian bisnis elpiji 12 kg yang rata-rata Rp6 triliun per tahun.
Kenaikan yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia tersebut mengalami kenaikan rata-rata Rp3.959 per kg di tingkat konsumen.
Pertamina menjelaskan, di tingkat konsumen, kenaikan akan bervariasi berdasarkan jarak stasiun elpiji ke titik serah (supply point). Dengan kenaikan itu, maka harga per tabung elpiji 12 kg mengalami kenaikan sebesar Rp47.508 atau menjadi Rp117.708 per tabung dari sebelumnya Rp70.200 per tabung.
"Kenaikan harga elpiji 12 kg berpotensi menimbulkan gejolak ekonomi karena akan memicu kenaikan harga dan juga rendahnya daya beli," kata dia di Jakarta, Jumat (3/1/2013)
Pada saat yang sama, kenaikan elpiji nonsubsidi ini juga akan memberikan ancaman inflasi 2014, yang diperkirakan mencapai 8,4 persen.
Karena itu, dia mendesak pemerintah dan PT Pertamina untuk membatalkan keputusan menaikkan harga elpiji ukuran 12 kg karena makin membebani masyarakat di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Menurut Harry, kenaikan harga elpiji 12 kg saat ini tidak tepat karena makin memberatkan setelah kenaikan harga yang terjadi pada tahun lalu, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL).
Dia berpendapat, meski menaikkan harga elipiji 12 kg merupakan aksi korporasi Pertamina lantaran bukan barang subsidi, namun harus mempertimbangkan daya tahan masyarakat. Alasannya karena pemerintah dan Pertamina sebagai perusahaan pelat merah berkewajiban melindungi masyarakat dari dampak buruk kesulitan ekonomi.
“Pertamina itu kan BUMN yang 100 persen sahamnya dimiliki pemerintah. Harusnya pemerintah berhak mengatur hal itu karena menyangkut nasib masyarakat yang sedang menghadapi banyak beban secara sekaligus,” tutur dia.
Kenaikan harga elpiji 12 kg, dia menambahkan, juga akan menambah lebarnya kesenjangan pendapatan antara si kaya dan si miskin.
Harry mengingatkan, saat ini di lapangan kenaikan harga elpiji 12 kg sudah bergerak liar. Bahkan harganya lebih tinggi dari yang ditetapkan Pertamina. Bukan hanya Rp117.708 per tabung, tetapi ada yang dijual pada kisaran Rp140 ribu per tabung.
“Jadi, di lapangan, kenaikannya sendiri sudah mencapai hampir 100 persen. Mana janji pengawasan dan penindakan yang disampaikan Pertamina, begitu juga pemerintah," ujar Harry.
Seperti diketahui, Pertamina per 1 Januari 2014 menaikkan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg sebesar 68 persen. Pertamina beralasan, kenaikan itu untuk menekan kerugian bisnis elpiji 12 kg yang rata-rata Rp6 triliun per tahun.
Kenaikan yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia tersebut mengalami kenaikan rata-rata Rp3.959 per kg di tingkat konsumen.
Pertamina menjelaskan, di tingkat konsumen, kenaikan akan bervariasi berdasarkan jarak stasiun elpiji ke titik serah (supply point). Dengan kenaikan itu, maka harga per tabung elpiji 12 kg mengalami kenaikan sebesar Rp47.508 atau menjadi Rp117.708 per tabung dari sebelumnya Rp70.200 per tabung.
(rna)