Harga minyak di Asia kembali bangkit
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini kembali bangkit, karena efek dari cuaca dingin di Amerika Serikat (AS) yang mendorong permintaan.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 26 sen menjadi USD93,69. Sementara minyak mentah Brent North menguat 48 sen menjadi USD107,21.
Kedua kontrak ditutup lebih rendah kemarin sebagai ladang minyak Libya meningkatkan produksi setelah pemerintah meyakinkan warganya untuk mengangkat blokade lima bulan.
Desmond Chua, analis pasar di CMC Markets, Singapura mengatakan, cuaca dingin di AS telah mendukung permintaan untuk bahan bakar pemanas. "Minyak lainnya digunakan untuk pemanasan dan kami melihat peningkatan permintaan untuk kebutuhan dasar," katanya, seperti dikutip dari AFP, Selasa (7/1/2014).
Pergeseran dalam pola cuaca yang dikenal sebagai "pusaran kutub" memicu penurunan drastis suhu ke posisi terendah yang tidak terlihat dalam dua dekade, dan bertepatan dengan peringatan angin dingin di sebagian besar bagian timur negara tersebut.
Permintaan AS merupakan pendorong utama untuk harga minyak, karena sebagai perekonomian terbesar di dunia dan negara konsumen minyak terbesar. Namun, harga cenderung berada di bawah tekanan dalam jangka panjang, karena banyak pasokan dan stabilisasi perkiraan permintaan.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 26 sen menjadi USD93,69. Sementara minyak mentah Brent North menguat 48 sen menjadi USD107,21.
Kedua kontrak ditutup lebih rendah kemarin sebagai ladang minyak Libya meningkatkan produksi setelah pemerintah meyakinkan warganya untuk mengangkat blokade lima bulan.
Desmond Chua, analis pasar di CMC Markets, Singapura mengatakan, cuaca dingin di AS telah mendukung permintaan untuk bahan bakar pemanas. "Minyak lainnya digunakan untuk pemanasan dan kami melihat peningkatan permintaan untuk kebutuhan dasar," katanya, seperti dikutip dari AFP, Selasa (7/1/2014).
Pergeseran dalam pola cuaca yang dikenal sebagai "pusaran kutub" memicu penurunan drastis suhu ke posisi terendah yang tidak terlihat dalam dua dekade, dan bertepatan dengan peringatan angin dingin di sebagian besar bagian timur negara tersebut.
Permintaan AS merupakan pendorong utama untuk harga minyak, karena sebagai perekonomian terbesar di dunia dan negara konsumen minyak terbesar. Namun, harga cenderung berada di bawah tekanan dalam jangka panjang, karena banyak pasokan dan stabilisasi perkiraan permintaan.
(izz)