Harga minyak di perdagangan Asia rebound
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia pada akhir perdagangan pagi ini rebound, setelah data persediaan AS menunjukkan penurunan pasokan akibat musim dingin yang parah di wilayah Amerika Utara, mendorong permintaan energi sangat kuat.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 33 sen menjadi USD92,66 per barel. Minyak mentah Brent North untuk Februari, juga naik 33 sen menjadi USD107,48 per barel.
Persediaan minyak AS mencatat penurunan sebanyak 2,7 juta barel, jauh lebih besar dari perkiraan analis sebanyak 600.000. Namun, stok bensin naik 6,2 juta barel jauh di atas perkiraan analis 2,0 juta, dalam konsensus yang disurvei Wall Street Journal.
Tan Chee Tat, analis investasi Phillip Futures, Singapura, percaya bahwa tingginya pasokan bensin tidak akan memiliki dampak terlalu banyak terhadap sentimen pasar. "Adalah normal selama musim dingin permintaan bensin turun, sedangkan permintaan minyak mentah naik," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Kamis (9/1/2014).
"Permintaan minyak sebagai pemanas kemungkinan pada skala yang lebih tinggi karena cuaca dingin di AS dan ini cenderung mengarah pada permintaan yang lebih tinggi untuk minyak mentah," tambahnya.
Tingkat persediaan AS dipantau tajam investor karena merupakan indikator permintaan ekonomi dan konsumen minyak terbesar di dunia. Tapi, harga minyak kemungkinan akan terus menghadapi tekanan dengan output Libya hingga 546.000 barel per hari dari sebelumnya 250.000 barel per hari.
Meskipun peningkatan output, analis tidak memperkirakan Libya dapat kembali ke keluaran sebelumnya sebesar 1,4 juta barel setelah dua kapal tanker minyak dihentikan pada Minggu (5/1/2014), oleh kapal-kapal angkatan laut Libya saat memasuki pelabuhan Al-Sedra di Cyrenaica.
Perwakilan dari pemerintah daerah Cyrenaica menyatakan bersumpah untuk melanjutkan ekspor minyak, di tengah meningkatnya konflik dengan angkatan laut. Ekonomi Libya telah terkena bencana parah di sektor minyak dan gas, yang menyumbang sebagian besar penerimaan mata uang dan pendapatan pemerintah.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 33 sen menjadi USD92,66 per barel. Minyak mentah Brent North untuk Februari, juga naik 33 sen menjadi USD107,48 per barel.
Persediaan minyak AS mencatat penurunan sebanyak 2,7 juta barel, jauh lebih besar dari perkiraan analis sebanyak 600.000. Namun, stok bensin naik 6,2 juta barel jauh di atas perkiraan analis 2,0 juta, dalam konsensus yang disurvei Wall Street Journal.
Tan Chee Tat, analis investasi Phillip Futures, Singapura, percaya bahwa tingginya pasokan bensin tidak akan memiliki dampak terlalu banyak terhadap sentimen pasar. "Adalah normal selama musim dingin permintaan bensin turun, sedangkan permintaan minyak mentah naik," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Kamis (9/1/2014).
"Permintaan minyak sebagai pemanas kemungkinan pada skala yang lebih tinggi karena cuaca dingin di AS dan ini cenderung mengarah pada permintaan yang lebih tinggi untuk minyak mentah," tambahnya.
Tingkat persediaan AS dipantau tajam investor karena merupakan indikator permintaan ekonomi dan konsumen minyak terbesar di dunia. Tapi, harga minyak kemungkinan akan terus menghadapi tekanan dengan output Libya hingga 546.000 barel per hari dari sebelumnya 250.000 barel per hari.
Meskipun peningkatan output, analis tidak memperkirakan Libya dapat kembali ke keluaran sebelumnya sebesar 1,4 juta barel setelah dua kapal tanker minyak dihentikan pada Minggu (5/1/2014), oleh kapal-kapal angkatan laut Libya saat memasuki pelabuhan Al-Sedra di Cyrenaica.
Perwakilan dari pemerintah daerah Cyrenaica menyatakan bersumpah untuk melanjutkan ekspor minyak, di tengah meningkatnya konflik dengan angkatan laut. Ekonomi Libya telah terkena bencana parah di sektor minyak dan gas, yang menyumbang sebagian besar penerimaan mata uang dan pendapatan pemerintah.
(dmd)