Harga minyak di perdagangan Asia turun
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini turun, di tengah kekhawatiran data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan dapat mempengaruhi permintaan di ekonomi terbesar dunia tersebut.
Dilansir dari Economic Times, Senin (13/1/2014), kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 29 sen menjadi USD92,43 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari merosot 12 sen menjadi USD107,13 per barel.
Pasar keuangan dikejutkan laporan data pekerjaan Departemen Tenaga Kerja AS untuk Desember, yang menunjukkan ekonomi hanya menambah 74.000 pekerjaan, jauh di bawah perkiraan konsensus 197.000.
Menurut para analis, tingkat pengangguran di AS turun menjadi 6,7 persen, dari 7,0 persen pada November. Namun, banyak orang telah menyerah mencari pekerjaan.
Kesehatan ekonomi AS merupakan pendorong utama untuk harga minyak mentah karena Amerika Serikat merupakan negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan bisa mendorong Federal Reserve (Fed) menunda pengurangan program stimulus lebih lanjut pada pertemuan berikutnya akhir bulan ini.
Pada pertemuan terakhir Desember, komite kebijakan bank mengatakan, akan memotong skema pembelian obligasi sebesar USD10 miliar per bulan sampai USD75 miliar pada Januari, mengutip kenaikan perekonomian.
Setiap keterlambatan tapering (pengurangan stimulus) akan menempatkan tekanan pada mata uang AS, membuat minyak dan dolar (USD) lebih murah sehingga mendorong permintaan.
"Fokusnya masih pada data pekerjaan AS. Ini telah memberikan banyak gagasan bahwa laju pengurangan stimulus akan berkurang," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura.
Dilansir dari Economic Times, Senin (13/1/2014), kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 29 sen menjadi USD92,43 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari merosot 12 sen menjadi USD107,13 per barel.
Pasar keuangan dikejutkan laporan data pekerjaan Departemen Tenaga Kerja AS untuk Desember, yang menunjukkan ekonomi hanya menambah 74.000 pekerjaan, jauh di bawah perkiraan konsensus 197.000.
Menurut para analis, tingkat pengangguran di AS turun menjadi 6,7 persen, dari 7,0 persen pada November. Namun, banyak orang telah menyerah mencari pekerjaan.
Kesehatan ekonomi AS merupakan pendorong utama untuk harga minyak mentah karena Amerika Serikat merupakan negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan bisa mendorong Federal Reserve (Fed) menunda pengurangan program stimulus lebih lanjut pada pertemuan berikutnya akhir bulan ini.
Pada pertemuan terakhir Desember, komite kebijakan bank mengatakan, akan memotong skema pembelian obligasi sebesar USD10 miliar per bulan sampai USD75 miliar pada Januari, mengutip kenaikan perekonomian.
Setiap keterlambatan tapering (pengurangan stimulus) akan menempatkan tekanan pada mata uang AS, membuat minyak dan dolar (USD) lebih murah sehingga mendorong permintaan.
"Fokusnya masih pada data pekerjaan AS. Ini telah memberikan banyak gagasan bahwa laju pengurangan stimulus akan berkurang," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura.
(dmd)