Ratusan perajin batu bata di Jepara terancam bangkrut
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan perajin batu bata di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) terancam bangkrut, seiring intensitas hujan yang terus mengguyur wilayah setempat selama dua bulan terakhir.
Aktivitas produksi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar di tiga kecamatan ini berhenti berproduksi, karena kondisi cuaca memang tidak memungkinkan. Kondisi ini diperparah dengan terjangan air banjir yang merendam dan sekaligus merusak brak tempat produksi batu bata.
Usaha pembuatan batu bata di Jepara tersebar di Kecamatan Welahan, Mayong, dan Kalinyamatan. Sektor usaha ini sangat tergantung pada sinar matahari.
Karena hujan yang terus menerus mengguyur, maka proses pembakaran batu bata yang biasanya dilakukan di tempat terbuka itu tidak bisa dilakukan.
Selain itu, karena tidak ada sinar matahari maka proses pengeringan batu bata yang bahan utamanya tanah liat tersebut juga tidak bisa dilakukan.
"Sudah dua bulan ini saya tidak berproduksi. Apalagi salah satu brak produksi saya rusak karena diterjang banjir," kata salah seorang perajin batu bata di Desa Pelang, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Rohmat, Rabu (5/2/2013).
Keluhan serupa juga diungkapkan perajin batu bata asal Desa Kalipucang Kecamatan Welahan, Karmudi. Selama tidak berproduksi maka secara otomatis pemasukan utama keluarganya juga mandek.
"Saya akhirnya berusaha mencari sampingan dengan menjadi buruh tani. Tapi persoalannya sekarang ini lahan pertanian juga banyak yang terendam banjir," katanya.
Karmudi berharap kondisi cuaca dapat berangsur normal. Sehingga aktivitas pembuatan batu bata juga bisa kembali lancar. "Kalau Februari ini masih hujan maka para perajin batu bata bisa bangkrut," pungkasnya.
Aktivitas produksi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar di tiga kecamatan ini berhenti berproduksi, karena kondisi cuaca memang tidak memungkinkan. Kondisi ini diperparah dengan terjangan air banjir yang merendam dan sekaligus merusak brak tempat produksi batu bata.
Usaha pembuatan batu bata di Jepara tersebar di Kecamatan Welahan, Mayong, dan Kalinyamatan. Sektor usaha ini sangat tergantung pada sinar matahari.
Karena hujan yang terus menerus mengguyur, maka proses pembakaran batu bata yang biasanya dilakukan di tempat terbuka itu tidak bisa dilakukan.
Selain itu, karena tidak ada sinar matahari maka proses pengeringan batu bata yang bahan utamanya tanah liat tersebut juga tidak bisa dilakukan.
"Sudah dua bulan ini saya tidak berproduksi. Apalagi salah satu brak produksi saya rusak karena diterjang banjir," kata salah seorang perajin batu bata di Desa Pelang, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Rohmat, Rabu (5/2/2013).
Keluhan serupa juga diungkapkan perajin batu bata asal Desa Kalipucang Kecamatan Welahan, Karmudi. Selama tidak berproduksi maka secara otomatis pemasukan utama keluarganya juga mandek.
"Saya akhirnya berusaha mencari sampingan dengan menjadi buruh tani. Tapi persoalannya sekarang ini lahan pertanian juga banyak yang terendam banjir," katanya.
Karmudi berharap kondisi cuaca dapat berangsur normal. Sehingga aktivitas pembuatan batu bata juga bisa kembali lancar. "Kalau Februari ini masih hujan maka para perajin batu bata bisa bangkrut," pungkasnya.
(izz)