Harga minyak dunia melayang lebih rendah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia turun, namun kerugian dapat diatasi karena kekhawatiran badai musim dingin di Amerika Utara, mendorong prospek permintaan untuk bahan bakar pemanas.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 39 sen menjadi USD99,49 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Maret, merosot 12 sen menjadi USD109,45 per barel dalam transaksi tengah hari.
Berdasarkan survei Departemen Tenaga Kerja AS terhadap dunia usaha, ekonomi Amerika hanya menambahkan 113.000 pekerjaan pada Januari 2014, setelah susut 75.000 pada Desember 2013. Angka ini jauh lebih kecil dari prediksi analis, yang memperkirakan 175.000 pekerjaan.
Namun, survei terhadap rumah tangga secara terpisah menunjukkan tingkat pengangguran turun untuk bulan ketiga berturut-turut, menjadi 6,6 persen dari 6,7 persen pada Desember 2013. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat, meskipun masih pada tingkat historis rendah, 63,0 persen.
"Melihat data pekerjaan dan bagaimana pasar saham dan obligasi merespon ... beberapa investor benar-benar terfokus pada titik terang seperti tingkat partisipasi yang lebih tinggi," ujar Desmond Chua, analis pasar CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Senin (10/2/2014).
Berita bahwa badai musim dingin lain siap memukul Amerika Serikat juga memberikan dukungan untuk harga WTI, membantu mengangkat ke tingkat psikologis USD100.
Pekan lalu, keadaan darurat diberlakukan di New Jersey dan New York, di mana cadangan garam untuk mencairkan salju dan es di jalan berkurang. "Kemungkinan badai musim dingin lain telah memicu permintaan (untuk minyak pemanas ) selama akhir pekan," kata Chua.
Dia menyebutkan, data pekerjaan baru mungkin akan memperlambat optimisme bahwa Federal Reserve mungkin akan mulai melakukan pengurangan program stimulus ekonomi.
Semua mata kini akan tertuju pada penampilan pertama Janet Yellen sebagai bos Federal Reserve di Kongres AS, Selasa (11/2/2014) waktu setempat. "Investor akan mengawasi dia mengambil langkah ekonomi, dan apakah tapering berlanjut pada kecepatan penciptaan lapangan kerja," tandas Chua.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 39 sen menjadi USD99,49 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Maret, merosot 12 sen menjadi USD109,45 per barel dalam transaksi tengah hari.
Berdasarkan survei Departemen Tenaga Kerja AS terhadap dunia usaha, ekonomi Amerika hanya menambahkan 113.000 pekerjaan pada Januari 2014, setelah susut 75.000 pada Desember 2013. Angka ini jauh lebih kecil dari prediksi analis, yang memperkirakan 175.000 pekerjaan.
Namun, survei terhadap rumah tangga secara terpisah menunjukkan tingkat pengangguran turun untuk bulan ketiga berturut-turut, menjadi 6,6 persen dari 6,7 persen pada Desember 2013. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat, meskipun masih pada tingkat historis rendah, 63,0 persen.
"Melihat data pekerjaan dan bagaimana pasar saham dan obligasi merespon ... beberapa investor benar-benar terfokus pada titik terang seperti tingkat partisipasi yang lebih tinggi," ujar Desmond Chua, analis pasar CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Senin (10/2/2014).
Berita bahwa badai musim dingin lain siap memukul Amerika Serikat juga memberikan dukungan untuk harga WTI, membantu mengangkat ke tingkat psikologis USD100.
Pekan lalu, keadaan darurat diberlakukan di New Jersey dan New York, di mana cadangan garam untuk mencairkan salju dan es di jalan berkurang. "Kemungkinan badai musim dingin lain telah memicu permintaan (untuk minyak pemanas ) selama akhir pekan," kata Chua.
Dia menyebutkan, data pekerjaan baru mungkin akan memperlambat optimisme bahwa Federal Reserve mungkin akan mulai melakukan pengurangan program stimulus ekonomi.
Semua mata kini akan tertuju pada penampilan pertama Janet Yellen sebagai bos Federal Reserve di Kongres AS, Selasa (11/2/2014) waktu setempat. "Investor akan mengawasi dia mengambil langkah ekonomi, dan apakah tapering berlanjut pada kecepatan penciptaan lapangan kerja," tandas Chua.
(dmd)