Ini yang membuat neraca perdagangan membaik
A
A
A
Sindonews.com - Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengatakan, kebijakan mendorong ekspor khususnya barang-barang yang bernilai tambah tinggi dan menekan laju impor, telah berdampak pada perbaikan neraca perdagangan saat ini.
Menurutnya, perbaikan pada neraca perdagangan ini menjadi katalis bagi perbaikan neraca pembayaran sekaligus memberi ruang ekspansi besar bagi peningkatan cadangan devisa.
Di sisi lain, kata dia, penguatan daya beli terus dilakukan baik dari sisi pasokan maupun permintaan yang banyak memberi andil dalam upaya mengendalikan laju inflasi yang kini banyak dirasakan negara-negara lain.
Firmanzah lantas menunjukkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilisnya beberapa waktu lalu. Di mana, surplus neraca dagang pada Februari 2014 mencapai USD785,3 juta. Surplus ini didorong peningkatan kinerja ekspor Februari 2014 sebesar USD14,57 miliar atau naik 0,68 persen dibanding Januari 2014.
Dia mengatakan, surplus perdagangan periode Februari 2014 ditopang oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD1,58 miliar. "Surplus neraca perdagangan Februari 2014 melanjutkan tren surplus sejak Oktober 2013, dan diharapkan dapat terus meningkat di periode-periode selanjutnya," ujarnya seperti dikutip dari situs Setkab, Jumat (4/4/2014).
Surplus kinerja perdagangan, kata Guru Besar Fakultas Ekonomi UI ini, tidak lepas dari kebijakan pengendalian impor yang disertai dorongan ekspor barang-barang bernilai tambah tinggi. Tentunya dengan strategi diversifikasi pasar berupa perluasan ke pasar non tradisional.
Sementara, terhadap inflasi yang disampaikan BPS pada Maret 2014 tercatat 0,08 persen atau lebih rendah dari Februari 2014 (0,26 persen) dan Maret 2013 (1,41 persen). Hal ini, hasil dari sejumlah respon kebijakan yang yang dilakukan sejak paket kebijakan ekonomi diluncurkan pada pertengahan 2013.
Menurutnya, perbaikan pada neraca perdagangan ini menjadi katalis bagi perbaikan neraca pembayaran sekaligus memberi ruang ekspansi besar bagi peningkatan cadangan devisa.
Di sisi lain, kata dia, penguatan daya beli terus dilakukan baik dari sisi pasokan maupun permintaan yang banyak memberi andil dalam upaya mengendalikan laju inflasi yang kini banyak dirasakan negara-negara lain.
Firmanzah lantas menunjukkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilisnya beberapa waktu lalu. Di mana, surplus neraca dagang pada Februari 2014 mencapai USD785,3 juta. Surplus ini didorong peningkatan kinerja ekspor Februari 2014 sebesar USD14,57 miliar atau naik 0,68 persen dibanding Januari 2014.
Dia mengatakan, surplus perdagangan periode Februari 2014 ditopang oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD1,58 miliar. "Surplus neraca perdagangan Februari 2014 melanjutkan tren surplus sejak Oktober 2013, dan diharapkan dapat terus meningkat di periode-periode selanjutnya," ujarnya seperti dikutip dari situs Setkab, Jumat (4/4/2014).
Surplus kinerja perdagangan, kata Guru Besar Fakultas Ekonomi UI ini, tidak lepas dari kebijakan pengendalian impor yang disertai dorongan ekspor barang-barang bernilai tambah tinggi. Tentunya dengan strategi diversifikasi pasar berupa perluasan ke pasar non tradisional.
Sementara, terhadap inflasi yang disampaikan BPS pada Maret 2014 tercatat 0,08 persen atau lebih rendah dari Februari 2014 (0,26 persen) dan Maret 2013 (1,41 persen). Hal ini, hasil dari sejumlah respon kebijakan yang yang dilakukan sejak paket kebijakan ekonomi diluncurkan pada pertengahan 2013.
(izz)