Ekonomi China melambat, harga minyak Asia mixed
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di Asia hari ini mixed (bervariasi) setelah data menunjukkan pertumbuhan ekonomi China melambat lebih lanjut dalam kuartal pertama tahun ini. Sementara, investor menunggu laporan pasokan terbaru AS.
Seperti dikutip dari AFP, Rabu (16/4/2014), kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik empat sen menjadi USD103,79. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 16 sen menjadi USD109,20 pada hari pertama perdagangan.
Biro Nasional Statistik China (NBS) mengatakan, perekonomian China tumbuh 7,4 persen secara year on year (yoy) pada Januari-Maret, lebih lemah dari Oktober-Desember sebesar 7,7 persen. Meskipun jumlah tersebut melebihi perkiraan median 7,3 persen dalam survei dari 13 ekonom oleh AFP, namun itu adalah yang terbaru dalam serangkaian angka yang menunjukkan ekonomi nomor dua dunia dan pendorong utama pertumbuhan global melambat.
"Data PDB lebih baik dari yang diharapkan. Tapi itu lebih rendah dari kuartal terakhir dan saya kira investor masih akan memiliki cerita 'China melambat' di pikiran mereka. Harga minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan," kata David Lennox, analis sumber daya di Fat Prophets di Sydney kepada AFP.
Data ekonomi China yang diawasi ketat oleh investor minyak mentah sebagai negara konsumen energi terbesar dunia, dan merosotnya pertumbuhan akan mengurangi permintaan. Selain itu, dealer juga sedang menunggu stok terbaru AS pada Rabu sebagai petunjuk tentang permintaan di ekonomi terbesar dunia ini.
Energy Information Administration AS diperkirakan akan melaporkan stok bensin turun 1,4 juta barel sampai 11 April, menurut analis yang disurvei The Wall Street Journal. Pasokan minyak mentah diperkirakan akan naik 1,5 juta barel, pengolahan dibatasi oleh pemeliharaan kilang.
Seperti dikutip dari AFP, Rabu (16/4/2014), kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik empat sen menjadi USD103,79. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 16 sen menjadi USD109,20 pada hari pertama perdagangan.
Biro Nasional Statistik China (NBS) mengatakan, perekonomian China tumbuh 7,4 persen secara year on year (yoy) pada Januari-Maret, lebih lemah dari Oktober-Desember sebesar 7,7 persen. Meskipun jumlah tersebut melebihi perkiraan median 7,3 persen dalam survei dari 13 ekonom oleh AFP, namun itu adalah yang terbaru dalam serangkaian angka yang menunjukkan ekonomi nomor dua dunia dan pendorong utama pertumbuhan global melambat.
"Data PDB lebih baik dari yang diharapkan. Tapi itu lebih rendah dari kuartal terakhir dan saya kira investor masih akan memiliki cerita 'China melambat' di pikiran mereka. Harga minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan," kata David Lennox, analis sumber daya di Fat Prophets di Sydney kepada AFP.
Data ekonomi China yang diawasi ketat oleh investor minyak mentah sebagai negara konsumen energi terbesar dunia, dan merosotnya pertumbuhan akan mengurangi permintaan. Selain itu, dealer juga sedang menunggu stok terbaru AS pada Rabu sebagai petunjuk tentang permintaan di ekonomi terbesar dunia ini.
Energy Information Administration AS diperkirakan akan melaporkan stok bensin turun 1,4 juta barel sampai 11 April, menurut analis yang disurvei The Wall Street Journal. Pasokan minyak mentah diperkirakan akan naik 1,5 juta barel, pengolahan dibatasi oleh pemeliharaan kilang.
(izz)