IHSG masih rawan terkoreksi
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini diprediksi masih rawan terkoreksi lantaran penguatan yang terjadi kemarin minim.
Long legged doji di bawah middle bollinger band (MBB). MACD masih bergerak landai dengan histogram negatif yang memendek. RSI, Stochastic, dan William’s %R masih mencoba berbalik naik. Laju IHSG kemarin dapat bertahan di atas kisaran target support 4.828-4.832 dan sempat berada di kisaran target resisten 4.846-4.868, namun tidak mampu bertahan.
“Dengan posisi IHSG tersebut masih rawan untuk terjadinya pelemahan jika sentimen yang ada terutama dari laju bursa saham global tidak mampu bergerak positif,“ kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Selasa (6/5/2014).
IHSG pada perdagangan hari kedua pekan ini diperkirakan akan berada pada rentang support 4.827-4.831 dan resisten 4.852-4.874.
Rilis Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang tumbuh 5,21 persen year on year (yoy) di bawah estimasi dan variatifnya laju bursa saham Asia membuat IHSG cenderung bergerak sideways dalam intraday perdagangan di awal pekan.
Padahal di awal perdagangan, laju IHSG sempat positif dan bergerak naik dengan harapan rilis GDP nantinya dapat sesuai dengan estimasi awal. Tetapi, saat BPS merilis data GDP yang kurang sesuai dengan estimasi awal tersebut maka laju kenaikan IHSG mulai berkurang dan sempat kembali melemah meski hingga akhir masih dapat ditutup naik tipis seiring masih adanya nett buy asing dan kembali terapresiasinya rupiah.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level tertinggi 4.856,34 di awal sesi 1 dan menyentuh level terendah 4.838,07 pada mid sesi 2 dan berakhir di level 4.842,50. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Di samping itu, berita mengenai PT Indonesia Infrastructure yang akan meraih pendanaan untuk proyek-proyek percepatan pembangunan dari pemerintah dapat mengimbangi rilis tersebut.
Rilis non manufacturing PMI China di akhir pekan kemarin yang naik tipis dari sebelumnya dan diikuti dengan rilis data HSBC manufacturing PMI nya yang juga naik tipis membuat laju bursa saham China bergerak variatif cenderung melemah. Pelaku pasar tidak terlalu antusias dengan rilis tersebut karena masih dianggap mengalami kontraksi.
Apalagi dari Australia juga dirilis data-data ekonomi berupa AIG services index dan building permits yang juga tidak terlalu baik, sehingga tidak terlalu memberikan efek positif signifikan meski penurunan yang terjadi hanya tipis.
Long legged doji di bawah middle bollinger band (MBB). MACD masih bergerak landai dengan histogram negatif yang memendek. RSI, Stochastic, dan William’s %R masih mencoba berbalik naik. Laju IHSG kemarin dapat bertahan di atas kisaran target support 4.828-4.832 dan sempat berada di kisaran target resisten 4.846-4.868, namun tidak mampu bertahan.
“Dengan posisi IHSG tersebut masih rawan untuk terjadinya pelemahan jika sentimen yang ada terutama dari laju bursa saham global tidak mampu bergerak positif,“ kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Selasa (6/5/2014).
IHSG pada perdagangan hari kedua pekan ini diperkirakan akan berada pada rentang support 4.827-4.831 dan resisten 4.852-4.874.
Rilis Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang tumbuh 5,21 persen year on year (yoy) di bawah estimasi dan variatifnya laju bursa saham Asia membuat IHSG cenderung bergerak sideways dalam intraday perdagangan di awal pekan.
Padahal di awal perdagangan, laju IHSG sempat positif dan bergerak naik dengan harapan rilis GDP nantinya dapat sesuai dengan estimasi awal. Tetapi, saat BPS merilis data GDP yang kurang sesuai dengan estimasi awal tersebut maka laju kenaikan IHSG mulai berkurang dan sempat kembali melemah meski hingga akhir masih dapat ditutup naik tipis seiring masih adanya nett buy asing dan kembali terapresiasinya rupiah.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level tertinggi 4.856,34 di awal sesi 1 dan menyentuh level terendah 4.838,07 pada mid sesi 2 dan berakhir di level 4.842,50. Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett buy dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Di samping itu, berita mengenai PT Indonesia Infrastructure yang akan meraih pendanaan untuk proyek-proyek percepatan pembangunan dari pemerintah dapat mengimbangi rilis tersebut.
Rilis non manufacturing PMI China di akhir pekan kemarin yang naik tipis dari sebelumnya dan diikuti dengan rilis data HSBC manufacturing PMI nya yang juga naik tipis membuat laju bursa saham China bergerak variatif cenderung melemah. Pelaku pasar tidak terlalu antusias dengan rilis tersebut karena masih dianggap mengalami kontraksi.
Apalagi dari Australia juga dirilis data-data ekonomi berupa AIG services index dan building permits yang juga tidak terlalu baik, sehingga tidak terlalu memberikan efek positif signifikan meski penurunan yang terjadi hanya tipis.
(rna)